Sopir Mabuk di China Jerumuskan Bus Penuh Penumpang ke Waduk karena Rumahnya Tergusur Pembangunan
JAKARTA - Seorang sopir bus mabuk dan dengan sengaja menjerumuskan bus penuh penumpang yang ia kemudikan ke sebuah waduk di barat daya China. Sang sopir dalam keadaan kalut setelah tahu rumahnya dihancurkan.
Melansir CNN, Selasa, 14 Juli, 21 orang dilaporkan tewas dan 15 lainnya luka-luka. Polisi di Kota Anshun, Guizhou, menjelaskan bahwa bus tersebut berbelok melintasi lima jalur, menabrak pagar pengaman. Sebagian tubuh bus tenggelam.
Terdapat 12 siswa di dalam bus nahas. Lima di antaranya meninggal, menurut media pemerintah. Para siswa dikabarkan akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi yang dikenal sebagai gaokao, China Central Television (CCTV) melaporkan. Sopir itu, yang bermarga Zhang, termasuk di antara mereka yang tewas.
"Zhang tidak senang dengan keadaan hidupnya dan dengan penghancuran rumah publik sewaannya. Untuk diketahui, dia melakukan tindakan kriminal ekstrem," kata sebuah pernyataan dari Kepolisian Anshun.
Menurut polisi, Zhang biasa memulai jam kerjanya di siang hari. Namun, pada 7 Juli, ia bertanya kepada pengemudi lain apakah dia bisa memulai jam kerjanya lebih awal. Tepat setelah jam 9 pagi, ia membeli sebotol baijiu yaitu minuman alkohol China yang kuat, lalu menuangkannya ke dalam wadah minuman plastik.
Beberapa jam kemudian, tepat sebelum kecelakaan, Zhang mengirim pesan suara kepada pacarnya di aplikasi pesan. Ia mengungkapkan perasaan lelah menghadapi permasalahan di dunia.
Sesaat sebelum mengendarai bus ke waduk, Zhang terlihat minum dari wadah plastik di kursi pengemudi. Setidaknya 200 mililiter baijiu ditemukan polisi di sekitar lokasi kecelakaan.
Baca juga:
Media yang dikelola pemerintah China mengatakan Zhang telah diberi properti sewaan ketika dia bekerja di sebuah pabrik mesin diesel di Distrik Xixiu Anshun. Menurut polisi, dia belum tinggal di sana selama beberapa waktu.
Zhang tahu rumah itu ditandai untuk dihancurkan sebagai bagian dari proyek rekonstruksi kota kumuh. Dia telah mengajukan kompensasi dan perumahan baru. Tetapi, ia ditawari uang ganti rugi sebesar 10.360 dolar AS. Dia tidak mengklaimnya dan menolak akomodasi baru.
Pada hari kecelakaan itu, Zhang mengetahui rumahnya telah dihancurkan. Pembongkaran perumahan secara paksa untuk menyediakan ruang bagi pembangunan baru adalah hal yang biasa terjadi di China, terutama bagi orang yang tinggal di daerah yang kurang berkembang atau di daerah pedesaan. Proses itu terkadang membuat para penghuni lama kehilangan tempat tinggal dan tidak mampu membayar perumahan baru yang mahal.