Bikin Kaget Ganjar! Ternyata Sudah Lama Ratusan Baterai Pemasok Listrik Pulau Parang Mati
JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menemukan fakta yang tidak diduga-duga ketika datang ke Pulau Parang, Kecamatan Karimunjawa. Saat datang ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) bantuan Kementerian ESDM, Ganjar malah menemukan ratusan baterai di tempat itu mati.
Parahnya, kejadian ini sudah berlangsung cukup lama. Otomatis, pasokan listrik di Pulau Parang praktis terganggu. Jadi sumber listrik didapat dari pembangkit listrik tenaga diesel dan sebagian tenaga surya dari pembangkit listrik bantuan Denmark.
"Ini sudah lama tidak berfungsi pak. Baterainya mati semua. Kami kalau beli tidak sanggup karena biayanya mahal sekali," kata Petinggi Pulau Parang, Muh Zaenal Arifin saat ditemui Ganjar, Jumat 10 September.
Pulau Parang sebenarnya sudah teraliri listrik selama 24 jam. Tapi karena salah satu sumber energi tidak berfungsi sejak 2004 lalu ditambah baterai mati, pasokan listrik terganggu.
"Kami berharap Pak Ganjar bisa membantu. Kami titip supaya listrik di Pulau Parang, Nyamuk, dan Genting, bisa seperti Karimunjawa. Yang mengelola PLN,” ucapnya.
Muh Zaenal mengaku sudah lima tahun lalu mengajukan pergantian baterai kepada pemda. Namun hingga Ganjar akhirnya tiba di tempat ini, toh belum ada pergantian.
Baca juga:
Ganjar Pranowo mengakui butuh transformasi energi termasuk dalam pengelolaan listrik di Pulau Parang. Sebab jika dibebankan warga, warga tidak akan sanggup.
"Dulu saya ingat betul, saya masuk Karimunjawa listrik pakai diesel dan hanya menyala enam jam. Setelah itu kita bantu sekarang bisa 24 jam. Di Pulau Parang ini juga dulu tidak ada listrik, kemudian diambilkan diesel bekas dari Karimunjawa untuk di sini," papar Ganjar seperti dikutip dari Diskominfo Jateng.
Ganjar mendukung usulan dari Petinggi dan Camat agar PLN membantu dalam hal pengelolaan listrik di pulau itu. Sebab kalau dikelola warga, maka mereka keberatan.
"Nanti Pemda saya ajak bicara, termasuk dari PLN. Rasanya PLN memang perlu bantu. Memang di remote area seperti ini, harus ada perlakuan khusus,” jelasnya.