Perang Korea yang Minim Sorotan Meski Lebih Mematikan dari PD II dan Invasi Vietnam
JAKARTA - Di bawah pemerintahan Jepang, sebelum dan selama Perang Dunia II, Korea dibagi menjadi dua bagian setelah Jepang menyerah. Uni Soviet menduduki daerah utara dan Amerika Serikat (AS) menduduki daerah selatan sampai 1948.
Dua negara baru yang berlawanan secara ideologi didirikan pada 1948: Republik Korea (Korea Selatan) dan Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara). Terpisahnya kedua Korea juga menimbulkan perang atau yang disebut Perang Korea. Perang tersebut berlangsung pada 1950-1953.
Perang Korea dimulai 25 Juni 1950, ketika sekitar 75 ribu tentara dari Tentara Rakyat Korut mengalir melintasi paralel ke-38, batas antara Republik Rakyat Demokratik Korea yang didukung Soviet di sebelah utara dan Republik Korea yang pro-Barat untuk Selatan. Invasi ini adalah aksi militer pertama dari Perang Dingin.
Melansir History, Kamis, 2 Juli, pada Juli 1950, pasukan AS telah memasuki perang atas nama Korea Selatan (Korsel). Sejauh menyangkut para pejabat AS, itu adalah perang melawan kekuatan komunisme internasional. Setelah serangkaian serangan terjadi di paralel ke-38, pertempuran macet dan korban meningkat. Namun, perang tersebut tidak memberikan apa-apa kepada mereka. Sementara itu, para pejabat AS bekerja di bawah kecemasan untuk membentuk semacam gencatan senjata dengan Korut.
Amerika saat itu memiliki kekhawatiran lain bahwa Perang Korea akan menjadi perang yang lebih luas dengan Rusia dan China, atau bahkan seperti yang diperingatkan oleh beberapa orang: Perang Dunia III. Hal tersebut adalah sesuatu yang jelas tak diinginkan Presiden AS saat itu, Harry S. Truman dan para penasihatnya.
Mereka yakin perang semacam itu akan mengarah pada agresi Soviet di Eropa, penyebaran senjata atom dan jutaan kematian yang tidak masuk akal. Namun, bagi Jenderal MacArthur, apa pun yang kurang dari perang yang lebih luas ini melambangkan "ketenteraman," ketukan yang tidak dapat diterima di bawah komunis.
Ketika Presiden Truman mencari cara mencegah perang dengan China, MacArthur melakukan semua yang dia bisa untuk tetap memprovokasi perang. Akhirnya, pada Maret 1951, ia mengirim surat kepada Joseph Martin, seorang pemimpin Partai Republik yang memberikan dukungan kepada Jenderal MacArthur untuk menyatakan perang habis-habisan terhadap China.
Pada Juli 1951, Presiden Truman dan komandan militer barunya memulai pembicaraan damai di Panmunjom, Korut. Namun, pertempuran berlanjut di sepanjang paralel ke-38 saat negosiasi macet. Kedua belah pihak bersedia menerima gencatan senjata yang mempertahankan batas paralel ke-38, tetapi mereka tidak dapat menyetujui apakah tahanan perang harus "dipulangkan" secara paksa.
Akhirnya, setelah lebih dari dua tahun negosiasi, kedua belah pihak menandatangani gencatan senjata pada 27 Juli 1953. Perjanjian itu memungkinkan tawanan perang tetap di tempat yang mereka sukai, menarik perbatasan baru di dekat paralel ke-38 yang memberi Korsel wilayah tambahan 1.500 mil persegi, dan menciptakan 'zona demiliterisasi' selebar dua mil yang masih ada sampai sekarang.
Baca juga:
Perang mematikan
Perang Korea relatif singkat tetapi sangat berdarah. Hampir lima juta orang meninggal. Lebih dari setengahnya adalah warga sipil. Diketahui, tingkat korban sipil Perang Korea lebih tinggi daripada Perang Dunia II dan Perang Vietnam. Sementara hampir 40 ribu orang AS tewas dalam perang di Korea dan lebih dari 100 ribu terluka.
Namun, Perang Korea ini dikatakan sebagai 'perang yang terlupakan'. Hal tersebut dikarenakan kurangnya perhatian yang diterimanya dibandingkan dengan konflik yang lebih terkenal seperti Perang Dunia I dan II dan Perang Vietnam. Berakhirnya Perang Korea dengan gencatan senjata tidak disetujui oleh para pemimpin Korea waktu itu karena bukan mengakhiri perang dan justru membuat Korea benar-benar terpisah menjadi dua negara.
Pada 2018, dalam pertemuan puncak selama satu hari, Presiden Korsel Moon Jae-in dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un bertemu secara resmi. Kedua belah pihak sepakat akan melakukan perjanjian damai segera, namun hingga kini kedua negara masih belum menemukan satu titik yang membawa mereka ke dalam perdamaian penuh. Beberapa waktu silam, Korut sempat mengancam akan mengirim serangan militer akibat para pembelot yang kerap mengirimkan makanan beserta USB berisikan info dan drama Korsel. Namun Kim Jong-un mengurungkan niat tersebut.