Pesawat Tanpa Awak Masuk Camp Nou, Bagaimana Nasib El Clasico?
JAKARTA - Sebuah pesawat tanpa awak memasuki Camp Nou selama pertandingan La Liga antara Barcelona kontra Real Mallorca pada Sabtu lalu. Marca mengatakan, hal itu menciptakan kekhawatiran baru atas keamanan untuk pertandingan El Clasico.
Sebelumnya diberitakan. Organisasi separatis Catalan, Tsunami Democratic sedang merencanakan aksi besar-besaran yang berpotensi mengganggu jalannya pertandingan bergengsi tersebut. Namun, Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu menepis anggapan yang menyebutkan laga El Clasico yang akan digelar pertengahan pekan depan akan ditunda lagi.
“El Clasico akan dimainkan. (Pertandingan) Itu tidak akan ditunda lagi,” jelas Bartomeu, seperti dikutip dari Diario Sport, Jumat, 13 Desember.
“Adalah tanggung jawab kita semua untuk memastikan pertandingan itu dimainkan. Camp Nou adalah ruang kebebasan berekspresi. Kami menjalani momen yang rumit, tetapi semuanya akan sesuai dengan sesi latihan kami jika semuanya damai."
“Barcelona sedang mempersiapkan pertandingan ini seperti biasa. Saya akan memberitahu semua orang untuk datang ke Camp Nou seperti biasa, dengan teman-teman, dengan keluarga," sambung sang bos.
Pertandingan penuh gengsi antara Barcelona versus Real Madrid ini dijadwalkan berlangsung di stadion Camp Nou pada 26 Oktober lalu, tetapi karena situasi politik Catalan saat itu tidak kondusif, La Liga meminta agar pertandingan dimainkan ke stadion Santiago Bernabeu kandang Real Madrid.
Baca juga:
Proposal itu ditolak oleh kedua klub yang terlibat. Dan dengan meredanya kerusuhan di Catalan, pertandingan pun dijadwal ulang ke 18 Desember.
Sebuah pernyataan terbaru dari pihak separatis terkait demonstrasi besar-besaran yang akan dilaksanakan tepat pada hari pertandingan El Clasico menimbulkan kekhawatiran dari La Liga dan kedua klub yang akan bertanding. Berikut pernyataan lengkapnya:
"Tsunami Democratic menyadari akan pentingnya pertandingan antara Barcelona dan Real Madrid untuk para penggemar olahraga," kata Tsunami Democratic dalam sebuah pernyataan.
“Tapi ini adalah situasi politik yang luar biasa. Dengan orang-orang yang dipenjara, diasingkan dan tanpa [hak] untuk menentukan nasib sendiri atau hak-hak fundamental mereka, tidak ada yang normal.
“Semua orang harus mengerti bahwa semua pihak perlu duduk dan berbicara tentang kebebasan, hak-hak dasar dan hak untuk menentukan nasib sendiri di Catalunya.
"Kami menyerukan satu hari mobilisasi pada 18 Desember dan meminta semua warga negara untuk meluangkan tanggal tersebut dan datang ke Barcelona."
Sebagai tambahan informasi, Mahkamah Agung Spanyol menghukum sembilan pemimpin separatis Catalan antara sembilan hingga 13 tahun penjara karena hasutan atas peran mereka dalam referendum kemerdekaan pada 2017.
Oriol Junqueras - mantan wakil presiden Catalan dan pemimpin pro-kemerdekaan berperingkat tertinggi dalam persidangan - dijatuhi hukuman terpanjang 13 tahun atas tuduhan penghasutan dan penyalahgunaan dana publik.
Tuntutan 25 tahun penjara dilayangkan untuk Junqueras. Tetapi, dia bersama delapan orang lainnya, dibebaskan dari tuduhan pemberontakan yang lebih serius.
Setelah putusan pengadilan, pendukung kemerdekaan Catalan berbaris di Barcelona memajang spanduk yang bertuliskan "bebaskan tahanan politik" sambil mendesak yang lain untuk "turun ke jalan".