Belajar dari Naik Turun Saham Bukalapak, Investor Ritel Harus Pahami Ini: Belilah Sejumlah Nominal yang Kita Siap dengan Risikonya
JAKARTA - Founder dan CEO Emtrade Ellen May menyarankan investor saham, khususnya investor ritel, untuk memahami risiko dan manfaat apabila berinvestasi di saham unicorn atau perusahaan teknologi digital dengan valuasi lebih dari satu miliar dolar AS atau yang memiliki karakteristik berbeda dengan perusahaan konvensional.
Menurut Ellen, berinvestasi di saham unicorn memiliki risiko yang tinggi serta potensi untung yang tinggi pula. Kendati demikian, investor mesti bisa melihat bagaimana prospek usaha, pangsa pasar, atau keberlangsungan digital karena teknologi itu bukan jangka pendek melainkan jangka panjang.
"Ketika ingin membeli saham unicorn harus benar-benar pahami mengapa alasan belinya. Boleh alasan teknikal maupun fundamental," ujar Ellen dalam keterangannya, dikutip dari Antara Kamis 26 Agustus.
Ellen menyampaikan, jika tidak memahami fundamental, setidaknya investor dapat mengikuti tren harga naik dengan teknikal dan membatasi risiko ketika harga turun. Investor harus memegang prinsip utama "Belilah sejumlah nominal yang kita siap dengan risikonya".
"Karena baik saham digital maupun non digital, saham old economy maupun new economy, semuanya mengandung risiko fluktuasi," kata Ellen.
Ellen pun membagikan tips memvaluasi saham yang diberikan melalui Emtrade. Pertama, cara memvaluasi saham-saham teknologi sangat berbeda dengan perusahaan konvensional. Investor tidak bisa melihat rasio harga saham terhadap laba perusahaan atau price to earning ratio (PER) dan rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price to book value (PBV).
Baca juga:
- Lagi, Saham Bukalapak Kena Auto Reject Bawah (ARB), Kamis Melemah 7 Persen ke Rp965 Gegara Kena Hajar Kiri Investor
- Saham Bukalapak Melemah Kena Auto Reject Bawah (ARB), Warganet Ngomel di Playstore: Payah nih Duit Rakyat Indonesia Buat Investor Asing
- Saham Bukalapak Kena Auto Reject Atas (ARA) Lagi, Naik 25 Persen ke Rp1.325 Gegara Dihajar Kanan Investor
- Belajar dari Euforia Naiknya Saham Bukalapak hingga Akhirnya Jatuh di Bawah Harga IPO, Ini Tips dari Manulife
Untuk perusahaan teknologi, investor mesti bisa melihat kapitalisasi pasar (market cap), pangsa pasar (market share), atau metrics-metrics yang lain dan membandingkan kepada saham-saham teknologi yang sudah tercatat di Amerika Serikat atau belahan dunia yang lain.
Sementara itu, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, investor harus memperhatikan prospek perusahaan ke depannya jika ingin membeli saham unicorn.
Menurut Hans, investor harus menyadari bahwa perusahaan unicorn bukan perusahaan yang memperoleh keuntungan dengan instan dan cepat. Ia mencontohkan perusahaan digital di Amerika Serikat butuh waktu puluhan tahun untuk memperoleh keuntungan.
"Investor harus rasional dalam mengambil keputusan. Kita harus bisa melihat prospek ke depan apakah perusahaan unicorn ini akan menjadi market leader atau tidak. Karena, dari 5-6 perusahaan sejenis, hanya satu yang akan jadi pemenang. Jika kita berinvestasi di perusahaan teknologi, kita harus melihat sebagai investasi jangka panjang," ujar Hans.