Presiden PKS: Bangsa Ini Butuh Kolaborasi Bukan Polarisasi

JAKARTA - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad Syaikhu, mengingatkan seluruh elemen bangsa soal panggung politik Indonesia yang seharusnya dipenuhi dengan gagasan, bukan hanya sekedar ajang tukar tambah kekuasaan.

"Demokrasi membutuhkan tukar tambah pemikiran dan pengetahuan, bukan hanya sekadar tukar tambah kekuasaan," ujar Syaikhu dalam pidato kebangsaan HUT ke-50 Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS), Jumat, 20 Agustus.

Terlebih di tengah pandemi COVID-19 ini, lanjut Syaikhu, kolaborasi semua pihak sangat diperlukan dalam melewati krisis. Salah satunya, kepemimpinan nasional yang memiliki peran penting untuk menjadikan krisis sebagai peluang kejayaan.

"Seorang pemimpin membawa bangsanya dengan percaya diri melewati lembah krisis untuk menuju puncak kejayaan bangsa," kata mantan Wakil Wali Kota Bekasi itu.

Selain itu, Syaikhu menilai, demokrasi juga membutuhkan rasionalitas argumen dalam berdiskusi. Tidak hanya sekadar absurditas sentimen yang justru menjadikan masyarakat terbelah dan terpolarisasi.

"Bangsa ini membutuhkan kolaborasi bukan segregasi atau polarisasi. Jangan sekali-kali membenturkan identitas sesama anak bangsa demi meraih kepentingan kekuasaan," kata Syaikhu.

Karenanya, dia menegaskan Pancasila harus dijadikan visi kepemimpinan nasional untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.

"Kita harus menjadikan visi kepemimpinan nasional berbasiskan Pancasila, menjadikan visi kepemimpinan nasional ini sebagai moral kompas dalam menyelesaikan berbagai permasalahan," kata Syaikhu.