Demokrasi Bukan Pelayan Segelintir Elite Apalagi Kekuasaan, PPP: Harus Berdasar Islam Rahmatan lil Alamin
JAKARTA - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Manoarfa menyinggung soal demokrasi di Indonesia dalam pidato kebangsaan HUT ke-50 CSIS, Jumat, 20 Agustus.
Menurutnya, demokrasi bukan pelayan kekuasaan. Tapi, bukti bahwa tak ada satu pun orang yang tertinggal.
"Berdemokrasi bukanlah melayani segelintir elite yang berkuasa atau yang berpunya. Berdemokrasi adalah proses pembuktian bahwa tak ada satupun, tak ada seorang pun, tak ada satu pihak pun yang tertinggal atau ditinggal, no one left behind," ujar Suharso.
Menurut kepala Bappenas itu, demokrasi tanpa kesejahteraan adalah demokrasi yang gagal. Berlandaskan prinsip Islam rahmatan lil alamin, PPP terpanggil sejarah untuk membuktikan bahwa fungsi terpokok dari demokrasi adalah menyejahterakan umat, memuliakan rakyat dan membangun bangsa.
Baca juga:
- Kabar Buruk, Kasus KDRT di Kalsel Meningkat Selama Pandemi COVID-19
- Ayah di Buleleng Cabuli Anaknya, Setelah 4 Tahun Aksi Bejatnya Baru Terbongkar
- Intelijen Ungkap Senjata Buatan AS yang Dikuasai Taliban, 2.000 Kendaraan Lapis Baja hingga Helikopter Black Hawk
- Bukan Taliban, AS Khawatirkan Serangan Teroris Kelompok Ini Saat Mengevakuasi Warganya di Afghanistan
"Demokrasi niscaya wajib menghasilkan kesejahteraan, demokrasi tanpa kesejahteraan demokrasi yang gagal," katanya.
Suharso mengatakan, PPP terpanggil sejarah untuk menegaskan bahwa kebaikan dan kebajikan demokrasi yang terpokok adalah mengorientasikan langkah dan kebijakan pada umat rakyat dan bangsa. Sehingga, PPP ingin membuktikan bahwa demokrasi adalah buah dengan pohon yang manis.
"PPP terpanggil sejarah untuk membuktikan bahwa demokrasi adalah pohon dengan buah yang manis, bukan pohon berbuah pahit atau racun," demikian.