Rasisme di Eton College, Sekolah Pencetak 20 Perdana Menteri Inggris: Kesaksian dan Permintaan Maaf
JAKARTA - Sekolah paling bergengsi di Inggris, Eton College jadi institusi pendidikan pertama yang meminta maaf kepada khalayak seiring hadirnya rasisme pada lingkungan sekolah sedari dulu. Sekolah berencana mengundang Dillibe Onyeama, mantan siswa kulit hitam yang menguak rasisme di institusi pendidikan tersebut.
Menurut laporan Reuters, Onyeama yang sekarang jadi penulis kenamaan Nigeria pernah bersekolah di sekolah elite tersebut. Onyeama kenal betul bagaimana rasisme di sekolah berdiri 1440. Pengalamannya bersentuhan dengan rasisme di sekolah yang menghasilkan 20 perdana menteri Inggris itu pun ia tuangkan dalam buku Nigger at Eton (1972).
Buku tersebut mulai ia garap ketika menamatkan pendidikan di Eton tahun 1969. Atas dasar itu, didorong gelombang aksi ‘Black Lives Matter’ (BLM), Kepala Sekolah Eton saat ini, Simon Henderson ingin meminta maaf atas adanya rasisme turun-temurun di institusi yang dipimpin.
Henderson mengatakan rasisme tidak memiliki tempat dalam masyarakat yang beradab, baik dulu maupun sekarang. "Kita harus memiliki kerendahan hati dan secara pribadi untuk mengakui bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi," katanya kepada wartawan, Selasa, 23 Juni.
"Saya akan mengundang Tuan Onyeama untuk bertemu agar meminta maaf kepadanya secara langsung, atas nama sekolah, dan untuk menjelaskan bahwa dia akan selalu diterima di Eton," tambahnya.
Onyeama merespons. Ia mengatakan, permintaan maaf Eton tak perlu. Tak jelas apa alasan Onyeama menolak permintaan maaf.
Baca juga:
Yang jelas, Onyeama tampak terluka karena rasisme yang dialaminya semasa bersekolah. Kala itu, teman-temannya di Eton sering mengejek karena Oenyeama berkulit hitam “berapa banyak belatung yang ada di rambutmu?” Bahkan, ketika dirinya lulus ujian, teman-temannya kerap berkata, "bagaimana kamu melakukannya?"
Sebelum Eton, sejumlah lembaga yang ada di Inggris lain telah lebih dulu memeriksa kembali jejak dosa masa lalu dan langsung mengeluarkan permintaan maaf. Terutama, bagi mereka yang memiliki sejarah bersentuhan dengan perbudakan dan rasisme.
Beberapa di antaranya yang telah meminta maaf ialah The Lloyd’s of London insurance market and The Bank of England.