Krisis Kesehatan Akibat COVID-19 di India Sudah Sampai Titik Rumah Sakit Tolak Persalinan
JAKARTA - Membludaknya pasien COVID-19 membuat sistem kesehatan India ambrol. Salah satu kisah terekam dari pengalaman seorang ibu yang ditolak delapan kali saat hendak melahirkan karena tenaga dan fasilitas medis tak sanggup lagi menampung pasien. Namun, masalahnya bukan cuma itu. Anjloknya ekonomi dan konflik perbatasan dengan China membuat krisis semakin kritis.
Neelam Kumari Gautam terbangun pukul 5 pagi karena merasakan kontraksi pada perutnya. Tanda jabang bayi segera lahir. Dengan sigap, suaminya membawa Gautam ke rumah sakit menggunakan becak. Namun, Gautam harus menahan napas dua kal. Pertama, karena kontraksi. Tarikan napas yang lain untuk tidak adanya dokter yang mau merawat.
"Kenapa para dokter tidak mau menerimaku?" tanya Gautam kepada suaminya, Bijendra Singh. "Apa masalahnya? Saya mau mati," keluhnya.
Singh mulai panik. Ia tahu apa yang sedang ia hadapi. Ketika krisis virus corona baru di India meningkat, sistem kesehatan negara itu tengah genting. Tenaga medis mulai kewalahan dan dana semakin mengering.
Gautam ditolak delapan rumah sakit dalam 15 jam mencari tempat persalinan di wilayah metropolitan India sebelum mendapat perawatan. Kisah yang diceritakan The New York Times itu menjadi gambaran betapa terpuruknya sistem kesehatan di sana.
Krisis medis
Data kematian India baru-baru ini mengungkap banyak orang telah meninggal di jalan-jalan dan di mobil ambulans karena sudah banyak penolakan perawatan pasien kritis. Peraturan pemerintah India menyerukan agar layanan darurat tetap diberikan. Namun, di lapangan, penolakan masih terjadi, terutama di New Delhi.
Persoalannya, infeksi COVID-19 yang meningkat cepat membuat rumah sakit di Delhi kelebihan beban. Masalah lain yang memperparah adalah banyaknya tenaga medis mulai ketakutan merawat pasien baru. Mereka khawatir tertular COVID-19 yang telah menewaskan lebih dari 13 ribu orang di India.
"Sekarang hanya sedikit bahkan tidak ada kesempatan masuk ke rumah sakit bagi pasien COVID-19 dan pasien dengan kebutuhan perawatan intensif lainnya," tulis keterangan yang dikeluarkan Kedutaan Besar Jerman di New Delhi yang dikutip The New York Times.
Sementara, setelah melihat laporan di televisi terkait banyaknya mayat di lobi rumah sakit dan tangisan pasien yang terabaikan, anggota hakim di Mahkamah Agung India bilang: situasi di Delhi mengerikan dan menyedihkan.
Masalah bertubi-tubi
Krisis diperparah dengan masalah-masalah lain yang sedang di hadapi pemerintahan Narendra Modi. Salah satunya konflik sengketa perbatasan dengan China.
Pekan lalu, pasukan China memukuli 20 tentara India hingga tewas di wilayah Himalaya yang sedang bersengketa. Hal itu memicu pertikaian bahaya antara kedua negara yang punya senjata nuklir tersebut.
Baca juga:
Pada saat yang sama, ekonomi India menurun dan pandemi telah menyebabkan negara kehilangan lebih dari 100 juta pekerjaan. Modi menghadapi persoalan dilematis. Sampai akhirnya ia menolak pakar kesehatan untuk membuat negara itu kembali menerapkan kuncitara untuk menjaga roda ekonomi terus berputar.
Menurut Worldometer, per 23 Juni, kasus COVID-19 telah mencapai 441.643 kasus. Sedangkan jumlah kematian akibat penyakit itu tercatat sebanyak 14.027.