Rugi dan Ditinggalkan Komisaris Independen, Garuda Indonesia Kuatkan Bisnis Non Penerbangan

JAKARTA - Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan Garuda Indonesia hanya sebesar 1,49 miliar dolar AS hingga akhir 2020 atau anjlok 67,40 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Kondisi itu membuat rugi bersih perseroan dari awalnya 38,94 juta dolar AS pada 2019 membengkak menjadi 2,44 miliar dolar AS pada tahun lalu. Pemerintah lantas memilih opsi untuk melakukan restrukturisasi demi menyelamatkan kondisi keuangan maskapai pelat merah tersebut.

Kementerian BUMN membuka opsi penyuntikan dana melalui Penanaman Modal Negara (PMN) sebagai salah satu strategi untuk menyelesaikan utang perseroan. Namun, upaya tersebut nampaknya belum maksimal.

Kondisi keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang sedang karut marut membuat dua komisarisnya harus mundur, yakni Peter F Gontha selaku komisaris yang mewakili pemegang saham publik dan Yenny Wahid putri dari mantan Presiden RI Gus Dur.

Yenny Wahid menyatakan mundur dari jabatan komisaris independen PT Garuda Indonesia (Persero) untuk mengurangi biaya-biaya yang dikeluarkan perseroan mengingat maskapai pelat merah itu mengalami kesulitan keuangan akibat pandemi COVID-19

"Saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisi saya sebagai komisaris independen," ujar Yenny Wahid melalui akun Instagram miliknya.

Yenny Wahid mengaku keputusan mengundurkan diri bukan hal yang mudah, namun pilihan untuk mundur menjadi bentuk upaya kecil demi menyelamatkan keuangan Garuda Indonesia agar tetap bisa mengudara.

"Semoga ini ada manfaatnya untuk Garuda agar bisa lebih banyak lagi terjadi efisiensi biaya, penghematan biaya-biaya ke depannya agar Garuda bisa terus mengudara dengan perkasa," ujar Yenny Wahid dikutip dari ANTARA, Selasa, 17 Agustus.

Garuda Indonesia dan The Goods Dept rilis koleksi eksklusif

Garuda mencoba memperkuat bisnis non perebangan untuk menekan kerugian. Dalam rangka menyambut 76 tahun Kemerdekaan Indonesia, BUMN penerbangan Garuda Indonesia bersama The Goods Dept meluncurkan merchandise tematik yang mengusung konsep vintage dari logo klasik Garuda Indonesia tahun 1970-1985.

Koleksi tersebut berupa bomber jacket unisex dengan detail keychain pada kantong lengan kiri, tote bag dengan dua pilihan model dan warna yang berbeda, duffel bag yang dapat digunakan untuk travelling, dan aksesoris lainnya yang juga memiliki detail menarik.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan bahwa peluncuran produk eksklusif ini merupakan salah satu bagian dari upaya Garuda Indonesia untuk mendukung kehadiran serta gerakan bangga akan produk unggulan dalam negeri atau Bangga Buatan Indonesia (BBI).

"Melalui kerja sama dengan The Goods Dept yang dikenal sebagai salah satu merek retail fesyen lokal terbaik yang menghadirkan berbagai produk fesyen hasil karya anak bangsa, kiranya produk-produk eksklusif ini tidak hanya dapat membangkitkan semangat nasionalisme seluruh masyarakat Indonesia, namun juga dapat menginspirasi dan menggali potensi anak bangsa dalam menghasilkan karya terbaik," ujar Irfan.

Irfan juga mengatakan dengan menghadirkan nuansa vintage logo Garuda Indonesia, peluncuran koleksi ini sekaligus dapat merepresentasikan peran dan kontribusi positif Garuda Indonesia pada perjalanan sejarah bangsa, khususnya dalam menjembatani kebutuhan mobilitas masyarakat dan angkutan logistik ke seluruh wilayah Indonesia.