Huawei Kembali Dapat Tuduhan Mencuri Data Warga Pakistan

JAKARTA - Huawei kembali menghadapi tuduhan karena perusahaan diduga menempatkan backdoor atau pintu belakang di database. Diketahui, jaringan itu berisi data warga Lahore, Pakistan.

Dilaporkan The Wall Street Journal yang dikutip dari Engadget, Senin 16, Agustus, kontraktor Amerika Business Efficiency Solutions (BES) telah mengajukan gugatan federal yang menuduh Huawei tidak hanya mencuri teknologi, tetapi juga menekan perusahaan tersebut untuk memasang pintu belakang pada database.

Hal itu dimaksudkan agar proyek kota-kota lebih aman untuk penegakan hukum di Lahore, Pakistan. Sistem itu seharusnya memberi Huawei akses ke database yang membantunya mengumpulkan data warga dan pemerintah yang sensitif.

Tentu saja hal ini menjadi kekhawatiran keamanan nasional Pakistan. BES menuduh bahwa Huawei bersikeras membuat versi duplikat dari jaringan Lahore di Suzhou, China, yang akan menyediakan akses langsung ke data Pakistan.

Sementara BES menginginkan izin dari pejabat Pakistan sebelum menerapkan backdoor, namun Huawei mengklaim tidak memerlukan izin dan mengancam akan memutuskan kesepakatan jika BES tidak segera menerapkannya.

Raksasa China tersebut kemudian mengatakan telah memperoleh izin, tetapi Huawei tidak memberikan bukti saat ditanya. Di samping itu, Huawei menyatakan tidak ada bukti bahwa mereka telah memasang pintu belakang di produk apa pun.

Dalam sebuah pernyataan dari perselisihan sebelumnya, Huawei mengakui adanya sistem duplikat di China tetapi, dia menjelaskan itu hanya versi uji coba jaringan yang terisolasi, sehingga tidak mungkin untuk mengekstrak data.

Seorang pengawas di Lahore, Muhammad Kamran Khan mengungkapkan saat ini penyelidikan sedang berlangsung tetapi tidak ada bukti pencurian data sejauh ini. Benar atau tidaknya tuduhan Huawei ini, gugatan itu menyoroti kekhawatiran yang sedang berlangsung bahwa Huawei mungkin membantu tujuan pengawasan pemerintah China alias menjadi mata-mata negara.

Perusahaan telah lama membantah tuduhan tersebut, dan belum ada bukti bahwa mereka telah menggunakan pintu belakang untuk mengintai negara lain. Namun, itu tidak menghilangkan kecurigaan yang menyebabkan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan lainnya memasukkan Huawei ke daftar hitam. Kasus ini nantinya mungkin hanya memperburuk situasi Huawei.