Pengamat: Bukan Lockdown Solusi Tangani Pandemi, Tapi Komunikasi
JAKARTA - Pengamat Emrus Sihombing, mengaku prihatin atas kasus COVID-19 yang sudah setahun lebih menerpa Indonesia. Pasalnya, hingga kini belum ada tanda-tanda atau indikator yang meyakinkan COVID-19 akan berakhir pada waktu tertentu di Tanah Air.
"Namun lockdown belum (menjadi, red) solusi efektif atasi COVID-19 dengan kondisi geografis, ekonomi dan sosial kultural masyarakat Indonesia," ujar Emrus kepada VOI, Selasa, 3 Agustus.
Menurutnya, solusi untuk menghentikan laju penyebaran COVID-19 yakni seluruh masyarakat harus menjadi garis paling depan melawan virus tersebut dengan memberi "senjata perang" melalui komunikasi yang menumbuhkan kesadaran, membentuk sikap dan perubahan perilaku taat ketat prokes.
"Pengelolaan komunikasi publik pemerintah penanganan COVID-19 harus hal utama, jangan sampai dinomorduakan dan harus dilakukan di hulu," katanya.
Sebagai keutamaan, lanjut Emrus, antara lain alokasi biaya komunikasi paling sedikit harus setara dengan biaya pengadaan vaksin. Selain itu, kata dia, Presiden Jokowi agar segera mengangkat seseorang langsung di bawahnya untuk memimpin komunikasi publik pemerintah
Utamanya dari seorang komunikolog handal yang menguasai konsep, teori, manajemen dan aksiologi komunikasi serta juga memiliki profesional komunikasi di ruang publik.
Baca juga:
- KPK Bakal Awasi Anggaran Pengadaan Laptop di Kemendikbudristek
- Angka Kasus Kematian Tinggi di Bali, Malang, Yogya, dan Solo, Luhut Minta Pasien Dibawa ke Isolasi Terpusat
- Syarat Vaksinasi Berkegiatan Berlaku di Jakarta, Anies: Pengelola Melanggar akan Kena Sanksi
- PPKM Level 4 Diperpanjang, Anies: Jangan Merasa Sudah Aman
Jika komunikasi bukan keutamaan dalam penanganan COVID-19, menurut Emrus, dipastikan akan mengalami kendala dalam rangka menumbuhkan kesadaran, membentuk sikap dan perubahan perilaku di masyarakat. Padahal, kata dia, tiga hal ini penting sekali.
"Dengan komunikasi publik yang buruk, pada suatu waktu ke depan kemungkinan kita bisa berada pada jebakan pandemi, sebagaimana dikatakan oleh seorang epidemiolog, ketika kami live bersama di stasiun televisi berita terkemuka di tanah air beberapa hari lalu. Saya berpendapat, jebakan pandemi ini jangan sampai terjadi karena akan menimbulkan persoalan yang semakin sulit diurai dan ditangani," ungkapnya.
Sebaliknya, sambung Emrus, jika komunikasi publik pemerintah dikelola dengan prinsip manajemen yang baik dalam rangka mengatasi COVID-19, maka persoalan di hilir (tracing, testing, treatment) dipastikan akan semakin terkendali dan kasus COVID-19 menjadi berkurang signifikan.
"Pada akhirnya kita bisa lepas dari pandemi. Tentu, lebih cepat lebih baik," ujar Emrus.