Dokter Tanah Air Berhasil Temukan Terapi aaPRP yang Cepat Sembuhkan Pasien COVID-19

JAKARTA - Ragam cara dilakukan demi meningkatkan persentase kesembuhan pasien COVID-19. Salah satunya yaitu menciptakan metode terapi. Baru-baru ini, seorang dokter asal Indonesia, Dr. dr. Karina, SpBP-RE menemukan cara terapi yang mampu menyembuhkan pasien COVID-19, bahkan yang dalam tahap kritis sekali pun. Terapi tersebut dikenal sebagai teknik aaPRP dan merupakan pertama di dunia.

Dari hasil uji klinis menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan terapi ini pun tergolong sempurna. Cara kerja terapi menggunakan protein dalam darah pasien diyakini aman dan efektif menyembuhkan COVID-19.

“Trombosit dari darah pasien Covid-19 sendiri dipisahkan, lalu dipecahkan di laboratorium khusus milik HayandraLab. Hasilnya, protein yang keluar dari trombosit dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien melalui cairan infus,” kata Dr Karina, dikutip dari Mudanews.com, Selasa, 3 Agustus 2021.

Dokter jebolan S3 Universitas Indonesia ini juga menjelaskan bahwa setidaknya ada 1.000 lebih jenis protein yang terkandung dalam trombosit dan punya fungsi baik bagi tubuh. Di antaranya, protein anti radang yang dapat menanggulangi badai sitokin pada COVID-19, protein pembangun yang membangun sel-sel rusak akibat virus, serta protein anti bakteri yang sangat dibutuhkan untuk melawan virus corona. 

“Anti bakteri pada aaPRP dapat membantu melindungi tubuh dari serangan bakteri, saat tubuh sedang melemah karena bertarung melawan virus corona,” kata Karina.

Oleh karena itu, lanjut Karina, makin cepat COVID teratasi dan makin cepat sel-sel tubuh rusak dibangun kembali, makin kecil resiko terjadinya gejala sisa (sekuele) pasca COVID-19.

Dr Karina juga menyatakan bahwa temuan ini telah diterbitkan dalam jurnal-jurnal ilmiah internasional seperti Journal of Health Sciences, Hindawi, International Journal of Inflammation, dan Sapporo Medical Journal.

Terapi aaPRP bisa diberikan berkali-kali karena berasal dari darah pasien sendiri. Bagi OTG (Orang Tanpa Gejala) dan pasien gejala ringan, biasanya cukup sekali untuk mendapatkan hasil non-reaktif. Ringan dengan gejala lambat menghilang biasanya butuh dua kali terapi, sedangkan berat-kritis yang sudah dibantu mesin pernapasan, dirawat di ICU 3-5 kali terapi.

“Sedangkan jarak pemberian aaPRP bisa setiap hari atau selang satu hari, tergantung seberapa cepat pasien membaik,” tutup Karina