Kuota Penumpang 70 Persen, Bos Garuda Jamin Masyarakat Aman
JAKARTA - Industri penerbangan menjadi salah satu sektor yang terdampak pagebluk COVID-19. Bahkan, menurut analisis beberapa pakar disebutkan setidaknya dibutuhkan waktu 2 hingga 3 tahun untuk memulihkan industri penerbangan.
PT Garuda Indonesia (Persero) menjadi salah satu yang mencoba bangkit dari tekanan COVID-19. Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mengatakan, pihaknya akan mencoba bangkit dengan memanfaatkan salah satu tipe penumpang yang kerap terbang menggunakan maskapai pelat merah ini. Apalagi, saat ini maskapai boleh angkut 70 persen penumpang.
Adapun tiga tipe penumpang Garuda yakni, terbang karena urusan dinas dan kantor. Kedua, berkunjung ke tempat baru dan ketiga, untuk penerbangan silaturahmi.
"Yang jadi persoalan, kalau tipe satu ini enggak, akan terganggu lah. Teman-teman yang kerja di Kementerian yang harus check ke cabang kan harus pergi. Tipe kedua ini challengin, apakah orang mau pergi traveling? saya amati banyak diskusi publik soal kangen bepergian," katanya, dalam video conference bersama wartawan, Selasa, 9 Juni.
Irfan menjelaskan, tipe penumpang kedua ini yang akan menjadi target Garuda untuk meningkatkan jumlah penumpang di fase kenormalan baru. Tentunya dengan tetap memperhatikan keamanan dan kesehatan di masa pagebluk ini.
Lebih lanjut, kata Irfan, masyarakat juga merindukan berbelanja di pusat perbelanjaan modern. Sebab, tutupnya pusat perbelajaan menjadi masalah bagi sebagian warga Jakarta. Hal ini dapat dikaitkan dengan kemungkinan mereka juga merindukan jalan-jalan.
"Nah ini yang bakal kami pastikan, kalau mereka mau terbang supaya aman," tuturnya.
Tak hanya itu, Irfan mengatakan, dalam menyambut fase kenormalan baru maskapai juga harus mampu membangun rasa aman dan nyaman kepada penumpang.
Baca juga:
Jamin masyarakat merasa aman
Irfan tak menampik bahwa akibat virus ini, ke depan masyarakat akan lebih konsen terhadap kesehatan dan kebersihan. Sebab, sektor kesehatan telah menjadi tema baru peradaban masyarakat. Karena itu, Garuda akan berusaha menyelaraskan pelayanan dengan tingkah laku penumpang di masa kenormalan baru.
"Kami mencoba memahami behaviour penumpang kami. Kalau behaviour-nya senang pesta, segala macam, di dalam pesawat kami pesta terus suasananya. Tapi sekarang behaviour-nya mementingkan kesehatan, tentu saja kita harus matching-kan behaviour itu dengan kebutuhan para pelanggan kita," jelas Irfan.
Menurut Irfan, pada kondisi pagebluk COVID-19 ini Garuda tidak pernah menyampaikan akan menjamin penumpang yang terbang akan sehat dan terbebas dari virus COVID-19.
"Kalau dilihat selama ini diposting teman-teman Garuda, kami tidak pernah bilang kami jamin anda sehat (dari COVID-19). Tapi yang jelas kami jamin anda akan merasakan rasa aman dan nyaman (terbang dengan Garuda)," tuturnya.
Lebih lenjut, Irfan mengatakan, akibat pagebluk COVID-19 pengertian rasa nyaman telah berubah dari masa sebelum adanya virus ini di Indonesia. Sehingga, pada saat melakulan pelayanan dalam menyajikan makanan di atas pesawat juga akan disesuaikan.
"Rasa nyaman zaman dulu mungkin beda dengan rasa nyaman hari ini. Oleh sebab itu dalam penyajian makanan, kami akan sesuaikan dengan behaviour baru dari masyarakat kita. Ini yang akan kita jadikan kompetitif change bahwa Garuda ini konsen, Garuda ini selalu matching dengan kebutuhan pelanggannya," tuturnya.
Menurut Irfan, karena fleksibilitas Garuda dalam menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan penumpang menjadi nilai tersendiri. Maka tidak heran jika harga Garuda lebih mahal dibanding dengan maskapai lain.
"Makanya agak mahal dibanding yang lain, yang mungkin tidak fokus ke sana," ucapnya.