Didik Rachbini Mengenang Christianto Wibisono: Saat Orde Baru dan Reformasi Beliau Tetap Aktif Menuangkan Pikirannya dalam Buku
JAKARTA - Ekonom senior Didik J Rachbini menyebutkan mendiang Christianto Wibisono merupakan seseorang yang terus produktif dan tak kenal lelah dalam mendedikasikan dirinya sebagai cendekiawan, pemikir dan penulis buku.
"Pada masa reformasi atau pasca Orde Baru, Christianto Wibisono tetap aktif menuangkan pemikirannya di berbagai media dan menulis buku," katanya dalam keterangan resmi, dikutip dari Antara, Jumat 23 Juli.
Didik mengatakan Christianto seorang ahli ekonomi politik yang sangat rajin menulis buku dan cukup kritis menuangkan tulisannya berbentuk artikel di berbagai media massa.
Bahkan dalam tulisan Sjahrir berjudul Pakar Ekonomi, Kebijakan Ekonomi dan Ekonomi Politik pada 1994, Christianto diakui masuk dalam 25 pakar ekonomi papan atas politik pada masa Orde baru.
Ukuran kepakaran Christianto dan 25 pakar sejawat lainnya dipersempit sebagai ahli ekonomi yang rajin menulis dan menuangkan pemikiran khususnya di koran Kompas yang dibaca oleh jutaan warga Indonesia.
Nama Christianto diakui termasuk ke dalam klub 25 ekonom tersebut dan berperan sebagai analis bidang bisnis dan ekonomi politik meskipun lulus dari Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Indonesia dan bukan fakultas ekonomi.
Pada masa Orde Baru, Christianto mendirikan Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) yang tidak hanya menyediakan data-data bisnis melalui lembaga tersebut namun juga aktif menggelar seminar dengan uraian data-data bisnis yang kuantitatif.
Baca juga:
- Gundah Pengusaha Swalayan dan Pusat Perbelanjaan: Kebijakan Pemerintah Tak Pernah Berpihak kepada Kami
- Sri Mulyani: APBN Dukung Seluruh Anak Meraih Cita-Cita, PKH Dianggarkan Rp28,31 Triliun, Rp8,54 Triliun Kuota Internet
- Survei LaporCovid-19: Miris, Sales Permata Bank, Danamon, Maybank, dkk Tetap Ngantor dan Disuruh Naikkan Target saat PPKM Darurat
"Sekaligus analisa ekonomi politik tentang lingkungan bisnis Indonesia yang kompleks dan bahkan terkandung misteri yang sulit ditebak," ujar Didik.
Terlebih lagi, Didik bercerita bahwa bulan lalu Christianto masih terus berkomunikasi dengan dirinya sekaligus mendapat kiriman buku karya Christianto berjudul Kencan Dinasti Menteng yang memiliki tebal 362 halaman.
"Sampai beliau wafat saya tidak pernah mendiskusikan buku ini kecuali di beberapa bagian pemikirannya di grup Whatsapp anggota KEN masa SBY (2009-2014) di mana kita berdua ada di situ," jelasnya.
Didik menuturkan pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dirinya bersama Christianto pernah menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN) yang diangkat presiden untuk memberikan saran dan nasehat dalam kebijakan bidang ekonomi.