Potensi Serangan Simpatisan ISIS di Indonesia

JAKARTA - Aksi terorisme diprediksi akan kembali terjadi di Indonesia setelah insiden penyerangan dua anggota Polri di Kalimantan Selatan oleh orang tak dikenal. Sebab, pelaku penyerangan merupakan jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Pengamat Terorisme Universitas Indonesia Ridlwan Habib mengatakan, dugaan atau prediksi ini berdasarkan perintah dari kelompok ISIS kepada seluruh simpatisan untuk melakukan penyerangan. Perintah ini dikeluarkan sejak beberapa hari lalu.

"Kemungkinan besar memang akan ada serangan atau aksi teror lainnya. Ini berdasarkan perintah ISIS pusat yang mengeluarkan rilis perintah menyerang, tiga hari lalu," ucap Ridlwan kepada VOI, Selasa, 2 Juni.

Namun demikian, belum bisa dipastikan kapan serangan itu dilakukan. Pun terkait ukuran besar kecil serangan. Hanya saja, setiap beraksi mereka akan mengatur segala strategi terlebih dahulu. Sehingga, dapat memuluskan aksinya tanpa diketahui aparat kepolisian.

"Tidak bisa diprediksi (waktu penyerangan, red). Bisa dalam waktu dekat atau sebaliknya," kata Ridlwan.

Kemudian, Ridlwan juga menyebut jika semua kelompok teroris yang masuk jaringan ISIS berpotensi melakukan serangan. Sebab, insiden penyerangan dua anggota Polsek Daha Selatan merupakan pemantik.

Dengan kemungkan itu, aksi teror bisa terjadi di mana saja karena di setiap daerah terdapar sel-sel tidur terorisme. Untuk itu, Polri harus siap siaga dan memanfaatkan informasi intelijen dalam memetakan pergerakan kelompok teroisme di Indonesia.

"Tidak bisa diprediksi, semua simpatisan ISIS di Indonesia berpeluang menjadi penyerang. Yang penting waspada dan jangan lengah," pungkas Ridlwan.

Diberitakan sebelumnya, dua anggota Polri di Kalsel menjadi target penyerangan terduga teroris jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Bahkan, salah seorang di antaranya meninggal akibat menderita luka bacok.

Mereka, Brigadir Djoman Sahat Manik Raja mengalami luka sabetan samurai dan Brigadir Leonardo Latupapua tewas dalam penyerangan, merupakan petugas SPKT Polsek Daha Selatan, Kalimantan Selatan.

Aksi penyerangan oleh terduga teroris itu dilakukan pada Senin, 1 Juni, dini hari, tepatnya pukul 02.15 WITA. Bahkan sebelum menyerang polisi, terduga teroris ini sempat membakar dua mobil yang terpakir di sekitar halam Polsek Daha Selatan.

Kabid Humas Polda Kalimantan Selatan Kombes M. Rifa'i mengatakan, berdasarkan hasil identifikasi pria tanpa identitas ini tergabung dalam jaringan ISIS. Sebab, dari alat bukti yang ditemukan mengarah kepada aksi teror dan radikalisme.

"Berdasarkan barang buktinya mengarah kesana (Jaringan ISIS, red)," ucap Rifa'i kepada VOI, Senin, 1 Juni.

Alat bukti yang dimaksud berupa, kartu tanda kelompok ISIS, suran ancaman dan benderq ISIS. Beberapa barang tersebut ditemukan tersimpan di dalam tas pinggang yang digunakan terduga teroris itu.

Meski demikian, untuk memastikan pria tersebut merupakan anggota dari kelompok terorisme ISIS harus terlebih dahulu diterlusuri dan penyelidikan lebih jauh.

"Tentu harus ditelusuri dulu apakah memang yang bersangkutan benar-benar simpatisan ISIS," kata Rifa'i.