Apakah Benar Ponsel Bisa Nguping’ Obrolan atau Chat Kita? Gini Penjelasannya
JAKARTA - Apakah Anda pernah membicarakan tentang produk tertentu dengan teman lewat chat, kemudian mendapati iklan dari produk tersebut di media sosial atau situs? Jika pernah, Anda pasti juga merenungkan apakah ponsel bisa ‘menguping’ pembicaraan?
Tentu bukan sebuah kebetulan jika kita melihat iklan dari produk yang baru saja dibicarakan. Tapi, bukan berarti ponsel benar-benar ‘mendengarkan’ obrolanmu. Bahkan, tidak perlu. Pasalnya, ada kemungkinan bahwa Anda sendiri sudah memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan oleh ponsel dalam menampilkan iklan.
Agar Anda lebih terang terkait fenomena ini, tim VOI sudah merangkumkan dari Science Alert terkait kemampuan ‘menguping’ ponsel dan iklan tertarget. Berikut ini uraiannya.
Apakah HP Bisa Menguping?
Sebagian besar pengguna ponsel, termasuk kita yang berada di Indonesia, membuka akses informasi pribadi ke sejumlah website dan aplikasi. Akses tersebut didapat ketika kita memberi ijin untuk sejumlah informasi, atau membolehkan ‘cookies’ dalam melacak aktivitas online kita.
Yang disebut ‘cookies pihak pertama’ membuat website mampu mengingat informasi tertentu terkait interaksi kita di dalam situs tersebut. Contohnya, cookies login membuat Anda bisa menyimpan informasi login, sehingga Anda tidak perlu capek-capek mengetikkan ulang ID maupun password ketika ingin mengaksesnya lagi di lain kesempatan.
Sementara itu, cookies pihak ketiga, dibikin oleh pihak luar (ketiga) dari platform atau situs yang Anda buka. Biasanya, yang dimaksud dengan pihak ketiga seperti perusahaan pemasaran yang bekerja sama dengan situs atau aplikasi tertentu.
Pihak ketiga umumnya mengumpulkan data pengguna lewat iklan dalam bentuk pop-up atau ijin cookies yang Anda setujui. Umumnya Anda diminta untuk mengetuk tombol ‘Setuju’ atau ‘OK’ pada halaman yang tiba-tiba muncul memenuhi lancar.
Dari aktivitas tersebut, pengiklan bisa merancang gambaran mengenai kehidupan pengguna; misal rutinitas, keinginan, dan kebutuhan.
Perusahaan pengiklan ini senantiasa melakukan pengukuran untuk mengetahui tingkat popularitas dari produk yang diiklankan. Serta memperhitungkan variabel yang lebih detail seperti usia, gender, tinggi badan, berat badan, pekerjaan, serta hobi.
Dengan mengklasifikasi informasi yang dimiliki, pengiklan bisa meningkatan algoritma rekomendasi mereka. Menggunakan mekanisme yang disebut Rekomendasi Sistem ke Target untuk menghasilkan iklan yang tepat buat konsumen yang pas.
Baca juga:
- 12 Inspirasi Konten Menarik Bagi Pemula di YouTube, Salah Satunya Parodi seperti Mimi Peri
- Penuh Janji Palsu, Iklan Keuangan dan Kripto Dilarang di TikTok
- Microsoft Kembangkan Pengenalan Identitas Pribadi, Sangat Berguna untuk Bisnis Kripto
- Tangkal Ransomware Joe Biden Bujuk Putin, Hasilnya Tak Menggembirakan
Kinerja Komputasi di Balik Layar
Terdapat sejumlah teknik berbasis machine learning dari teknologi Kecerdasan Buatan yang membantu sistem dalam memilah dan menganalisa data pengguna. Seperti clustering, klasifikasi, asosiasi, serta teknik Reinforcement Learning (RL).
Sebuah agen RL bisa melatih dirinya sendiri berdasarkan umpan balik yang diperoleh saat interaksi pengguna. Konsep dari metode ini mirip seperti anak kecil yang belajar untuk mengulangi aktivitas tertentu jika mendapatkan hadiah.
Dengan melihat atau mengetuk tombol ‘Suka’ pada unggahan media sosial, Anda pun mengirimkan sinyal hadiah ke agen RL yang mengkonfirmasi bahwa Anda tertarik dengan unggahan tersebut –atau mungkin tertarik dengan akun yang mengunggahnya.
Artinya, pesan yang dikirimkan ke agen RL berkaitan dengan ketertarikan personal dan preferensi.
Contohnya, Anda mengklik tombol ‘Suka’ pada postingan tentang ‘Fokus’ di platform media sosial. Sistem pun bakal mulai mengirimkan iklan dari perusahaan yang menawarkan produk atau konten terkait.