Cegah Hoaks, Pemanfaatan Internet Harus Dibarengi Literasi Digital
JAKARTA - Deputi Bidang Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Asrorun Ni'am Sholeh mengatakan penggunaan luas internet di kalangan masyarakat harus dibarengi dengan peningkatan literasi digital yang memadai.
Menurut dia, kemampuan mengelola informasi digital menjadi sangat penting dalam menangkal informasi bohong (hoaks). Terlebih, dalam situasi pandemi saat ini masyarakat sangat mengandalkan dunia maya dalam memperoleh informasi di tengah pembatasan mobilitas.
“Penggunaan internet yang semakin meluas harus dibarengi dengan kemampuan literasi digital yang cerdas agar tidak terjadi misinformasi,” ujarnya dalam Dialog Kebangsaan Prajaniti pada Sabtu, 10 Juli.
Ni'am menambahkan, saat ini kelompok muda menjadi target utama dalam penyebaran hoaks. Dalam datanya, 85 persen berita bohong secara spesifik bertujuan mempengaruhi pola pikir masyarakat dengan rentang umur yang belum matang.
“Generasi muda atau milenial secara kedewasaan pemikiran belum sepenuhnya matang, apalagi mereka masih mencari sumber informasi baru. Untuk itu, harus dibentengi dengan peningkatan pemahaman digital yang benar agar informasi yang diterima bisa dicerna dengan baik,” tutur dia.
Meski digital juga memiliki ekses negatif, tetapi Ni'am menyebut bahwa perkembangan teknologi saat ini membawa banyak sisi positif dalam kehidupan. Salah satu hal yang dikemukakan adalah kemudahan transaksi belanja secara daring yang berkembang di era pandemi.
Baca juga:
“Kami punya data bahwa 51 persen transaksi belanja online saat pandemi dilakukan oleh mereka yang baru pertama kali mencoba. Inikan sebuah lompatan yang besar dan itu kebanyakan dilakukan pula oleh milenial,” katanya.
Secara umum, naim menyebut pandemi mendorong perubahan signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan.
“Percepatan pemanfaatan teknologi digital saat ini melahirkan budaya baru di tengah masyarakat yang mempengaruhi sikap, pola perilaku, dan juga budaya masyarakat, termasuk dalam hal praktek keagamaan,” tutup dia.