Tembak Obor Olimpiade Tokyo, Wanita Paruh Baya Diamankan Polisi Jepang

JAKARTA - Otoritas Jepang menangkap seorang wanita yang mencoba memadamkan api Obor Olimpiade Tokyo 2020 dengan menembakkan pistol air, saat estafet obor Olimpiade akhir pekan lalu. 

Mengutip Global News Selasa 6 Juli, 'penembakan' ini terjadi saat estafet obor Olimpiade  melintasi Prefektur Ibaraki, Jepang, Minggu 4 Juli lalu, sebut pihak berwenang.  

Rekaman yang diambil dari insiden itu yang beredar di media sosial menunjukkan, seorang wanita 'bersenjata' berdiri dengan kerumunan penonton, saat pelari yang membawa obor Olimpiade melintas. 

Wanita itu tiba-tiba terlihat menarik pistol air bergaya pistol dan melepaskan tembakan, menyemprotkan air ke arah pelari yang membawa obor. Pistol airnya gagal memadamkan api obor, yang memiliki sumber bahan bakar internalnya sendiri. 

"Tidak ada Olimpiade! Hentikan permainannya!" teriak wanita tersebut dalam Bahasa Jepang, sebelum akhirnya diamankan oleh aparat keamanan Jepang yang ikut dalam estafet tersebut.

Sementara, pelari pria berusia 77 tahun, saat itu sedang membawa obor ke garis finish untuk estafet hari itu. Tidak ada penundaan akibat insiden tersebut, lapor surat kabar Mainichi Jepang. Dan, tidak ada cedera yang dilaporkan hingga saat ini.

Belakangan, perempuan itu diketahui bernama Kayoko Takahashi (53) langsung diamankan di lokasi kejadian, karena mengganggu secara paksa estafet obor secara paksa, sebut Kepolisian Mito. 

"Tersangka didakwa karena dia sengaja membidik pelari dan mengganggu estafet," sebut Wakil Kepala Polisi Mito Noriaki Nagatsuka kepada Vice News.

"Anda tidak bisa menembakkan air ke orang tanpa alasan yang benar, dia jelas tidak main-main. Ini bukan permainan anak-anak," tegas Nagatsuka.

Polisi mengatakan, tersangka mengakui penembakan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan protes terhadap penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 yang menuai pro-kontra, lantaran masih berlangsungnya pandemi COVID-19.

Untuk diketahui, Olimpiade Tokyo 2020 yang akan dimulai pada 23 juli mendatang menghadapi tentangan sengit dari banyak orang di Jepang, di tengah kekhawatiran bahwa itu akan terus berlanjut meskipun ada ancaman COVID-19 dan tingkat vaksinasi yang lambat di negara itu. Serta, kekhawatiran bahwa acara tersebut akan mengimpor virus dari negara lain.