COVID Menggila, PPKM Darurat Berlaku, Menko Luhut Binsar ke Deddy: Saya 21 Tahun di Kopassus, Untung Punya Pak Jokowi

JAKARTA - Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, menilai masyarakat masih kurang disiplin dalam menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali yang berlaku sejak, Sabtu, 3 Juli. 

Hal itu dikatakan Luhut dalam podcast Deddy Corbuzier yang diunggah lewat YouTube, Selasa, 6 Juli.

"Kalau kita semua disiplin jalan itu (PPKM, red). Ini masalahnya kita lihat tidak disipilin. Kita suka masih berkicau dengan pikiran kita sendiri. Ini keras, kurang keras, padahal sebenarnya ini barang (COVID-19, red) enggak ada yang bisa duga," ujar Luhut.

Jenderal bintang empat itu mengakui bahwa pandemi sangat sulit diperangi. Pasalnya, siapapun tidak pernah tahu akan terpapar virus mematikan itu atau tidak.

"Saya kan tentara sudah lama di Kopassus 21 tahun, kita tahu musuh kita dari sini sini, ini kan kita gak tahu musuh kita dimana, kapan, di semua tempat dia ada. Jadi kalau dibilang ini steril (ruangan podcast Deddy, red) tapi we never know," tegas Luhut.

Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 itu pun mengandaikan orang positif COVID-19 bisa menularkan ke orang yang sehat. Disitulah, letak tanggung jawab si penderita kepada anggota keluarga ataupun masyarakat lainnya.

"Jadi kalau saya salah akibat saya kena it's oke, tapi kalau akibatnya gara-gara saya Deddy kena, yang lain kena kan ini moral kita tanggung jawab kemanusiaan, jadi sebenarnya disitu," terang Luhut.

Luhut pun menjelaskan, bahwa pemerintah tidak selalu berorientasi kepada ekonomi dalam penanganan COVID-19 ini. Akan tetapi, pemerintah memikirkan betul resiko dan dampak ekonomi terhadap rakyat kecil atas kebijakan yang diputuskan. 

"Jadi kalau ada yang bicara, presiden kenapa hanya bicara ekonomi, bukan. Presiden bicara bukan ekonominya, tapi rakyatnya itu loh, rakyat kecil itu kalau terjadi berlama lama itu yang paling menderita itu rakyat kecil," ungkap Luhut.

"Tapi kan orang selaku kaitkan tidak berani ambil keputusan, tidak. Presiden itu minta kita bicara supaya berimbang, equilibrium (Keseimbangan) ya dimana, itu Ndak mudah. Mudah ngomongnya sih tapi reality ndak," sambungnya.

Lebih lanjut, Luhut mengaku kurangnya soal konsistensi atas kebijakan-kebijakan Pemerintah saat ini. Ia menyinggung, banyak intelektual yang bisa sebagai pemimpin, tapi tidak beri contoh yang baik. 

"Ya kan kalau sudah sebagai pemimpin anda harus loyal kepada sistem, kepada jabatan yang lalu lakukan, kalau tidak beri contoh yang baik nah rakyat mu gimana?," tanyanya.

"Kalau saya lihat atasan saya, cawe cawe bisnis kiri kanan anak istrinya, saya juga pikir pikir boleh juga nih gua ikut juga. Nyontoh, itu alami," sebut dia.

Disinggung Deddy soal bantuan sosial yang korupsi di tengah pandemi, juga anggapan rakyat dipermainkan pemerintah diuntungkan, Luhut tak menjelaskan secara gamblang. 

Menurut dia, beruntungnya Indonesia saat ini karena memiliki sosok seperti Presiden Joko Widodo.

"Tapi kan kita untungnya ada seperti pak Jokowi. Untungnya, paling tidak kita tidak mencontoh pemimpin yang enggak bener. Karena presidennya gak maling, kita pun mikir-mikir gak maling," kata Luhut.