Janji Bobby Nasution Menata Sungai Jadi Wisata Heritage Terkendala, Tak Bisa Terealisasi Tahun Ini
MEDAN - Janji Wali Kota Medan Bobby Nasution untuk menata sungai dan kawasan heritage belum bisa direalisasikan sampai tahun 2022.
Sebabnya, penataan sungai dan bangunan Warenhuis tidak masuk dalam dalam skema bantuan yang akan diberikan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam dua tahun ke dapan.
"Kalau sungai, penataanya kemungkinan dilakukan Kementerian PUPR RI tahun 2023," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Medan, Benny Iskandar, Jumat, 2 Juli.
Karena itu, kata Benny, kemungkinan Pemko Medan akan mencari sumber pembiayaan lain dan salah satu alternatif adalah seperti Coorporate Sosial Responsibility (CSR) perusahaan atau pihak ketiga.
Bantuan penataan sungai, kata Benny, masih menunggu desain dari Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II
"Desain sungai belum final, karena belum selesai dikerjakan oleh konsultan ESP yang datang ke Pemko Medan beberapa waktu lalu. Padahal, Pak Menteri minta gambarnya selesai bulan Agustus, tapi hingga kini belum ada progres," ujar dia.
"Dengan tidak adanya gambar, tentunya, kita tidak bisa menjalankan hal-hal lain seperti anggaran yang akan ditawarkan untuk CSR," sambung Benny.
Bobby Nasution dulu saat masa kampanye pilkada berjanji akan mengoptimalkan hubungan dengan pemerintah pusat.
Hal itu disampaikan Bobby saat deklarasi dukungan terhadap dirinya oleh kelompok Ustaz-ustaz Al-Washliyah, 29 September 2020 lalu.
"Saya pribadi nggak bakal malu ngetuk ke kantor menteri, menelpon menteri istilahnya, untuk masyarakat Kota Medan," jelasnya kala itu.
Bobby Nasution Ingin Bangun Sungai Jadi Wisata Heritage
Selain melakukan revitalisasi kawasan Kota Lama Medan sehingga menjadi wisata kuliner dan heritage, Wali Kota Medan Bobby Nasution juga berkeinginan menjadikan sungai sebagai wisata heritage. Hal ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya Kota Medan yang berawal dari pertemuan Sungai Deli dan Babura.
Keinginan ini muncul setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II telah menyetujui normalisasi tiga sungai di Kota Medan yakni Sungai Deli, Babura dan Bedera sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya banjir di Kota Medan.
Setelah normalisasi ketiga sungai dilakukan, Bobby Nasution melihat peluang yang cukup besar untuk menjadikan sungai sebagai objek wisata yang memiliki nilai heritage. Ditambah lagi, ibukota Provinsi Sumut ini, berdasarkan sejarah terbentuk karena pertemuan antara Sungai Deli dan Babura.
"Kita akan kembangkan sungai sebagai wisata heritage. Sebab, penataan heritage merupakan salah satu program prioritas utama Pemko Medan saat ini. Untuk mengembangkan ini, tentunya kita harus berkolaborasi dengan berbagai pihak terutama kelompok masyrakat yang rutin menggelar kegiatan di sungai," kata Bobby Nasution beberapa waktu lalu.
Baca juga:
Keinginan Bobby Nasution dibenarkan Kepala Bappeda Kota Medan Benny Iskandar. Dikatakan Benny, sejarah sungainya di mulai dari kampung kecil yang dulunya bernama Medan Putri hasil pertemuan dua sungai yakni Sungai Deli dan Babura, persisnya di samping Wisma Benteng.
Menurut Benny, di lokasi pertemuan kedua sungai itu nantinya akan dibuat taman bernuansa heritage dan kekinian. Setelah itu, lanjut Benny, bergerak ke wilayah Sungai Deli di kawasan Kesawan.
"Gambaran kita yang sudah ada itu akan jadi jalur pedestrian di pinggir dan atas sungai. Di samping itu juga, nanti ada tempat jogging dan berkumpulnya anak muda. Jalur inilah yang nanti akan menyatukan Medan dengan Kesawan," ungkap Benny.
Selain itu, lanjut Benny lagi, titk-titik lain sesuai dengan yang telah didesain Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan. Di kawasan itu juga, jelasnya, akan dibuat taman-taman di sempadan sungai yang dapat digunakan menjadi tempat berkumpulnya anak-anak muda dilengkapi dengan wifi dan media komunikatif lain.
"Penekanan heritagenya, bahwasanya sungai merupakan bagian depan Kota Medan sesuai dengan sejarah lahirnya Kota Medan dari pertemuan dua sungai. Artinya, bangunan yang ada tidak lagi membelakangi sungai tetapi menghadap sungai dengan Jalan Speksi di dalamnya. Kemudian, titik-titik heritage seperti Kampung Medan Putri dan Kesawan harus dihubungkan jalur pedestrian, sehingga orang nantinya menghargai sejarah Kota Medan," jelasnya.