Tesla Tarik 285 Ribu Mobil Listriknya di China, Ada Apa?
JAKARTA - Pabrikan mobil listrik Tesla menarik kembali sekitar 285.000 kendaraannya di China. Perusahaan mengatakan, akan memperbarui fitur Autopilot-nya, guna mencegah pengemudi salah mengaktifkan fitur tersebut saat mengemudi.
Hal ini didasari setelah badan pengatur negara menyelidiki klaim bahwa pengemudi secara tidak sengaja beralih ke Autopilot saat mengemudi. Administrasi Negara untuk Regulasi Pasar China, percaya ada masalah keamanan jika Autopilot tidak diperbaiki.
Dikutip dari Gizmochina, Rabu 30 Juni, ketika fitur Autopilot menyala secara tidak sengaja, kendaraan dapat berakselerasi atau melambat dengan cepat. Akselerasi atau perlambatan yang tiba-tiba dapat menyebabkan tabrakan.
Menurut regulator, Tesla telah memulai proses pembaruan perangkat lunak sejak Sabtu pekan lalu. Sebagian besar kendaraan yang terkena dampak adalah Tesla Model 3 dan Model Y yang diproduksi secara lokal, sementara lebih dari 35.000 Tesla Model 3 yang diimpor juga akan diperbarui.
Baca juga:
- Polda Papua Surati Mendagri Minta Izin Tangkap Bupati Mamberamo Raya Tersangka Korupsi Dana COVID-19
- Kemenkes Sebut Varian Delta 6 Kali Lebih Cepat Menular, Cuma Butuh Waktu 10-15 Detik
- Ngabalin Beri Pesan ke BEM UI, Singgung Intelektualitas dan Kritis yang Harus Pakai Data
- Ganjar Pranowo: Tingkat Keterisian Tempat Tidur Sudah Membahayakan
Tesla memiliki beberapa masalah yang berkaitan dengan keselamatan yang terhubung dengan Autopilot di kendaraannya belakangan ini. Beberapa tabrakan fatal juga telah dicatat baik di China maupun di Amerika Serikat (AS). Namun, Tesla terus mengejar pengembangan fitur Autopilot yang lebih besar, dengan pertimbangan keamanan menjadi faktor dalam pengembangannya.
Perusahaa ln milik Elon Musk ini telah membuat kemajuan yang signifikan dalam menembus pasar China, yang bisa dibilang merupakan pasar EV terbesar. Tesla telah melihatnya dengan cepat berinvestasi dalam membangun pabrik di negara tersebut agar produknya tetap kompetitif.
Musk sendiri pernah menyatakan bahwa China adalah pasar terbesar berikutnya setelah AS. Pada April, perusahaan melaporkan bahwa AS dan China menyumbang sekitar 70 persen dari pendapatannya.