Danau Kembar Buleleng Surut, Diduga karena Kerusakan Hutan
BULELENG - Danau kembar di Kabupaten Buleleng, Bali, mengalami penyurutan air. Diduga penyurutan dampak dari kerusakan hutan.
Ketua Bendesa Adat Dalem Tamblingan, Kadek Andi Ristawan menyampaikan penurunan air sudah terjadi dari tahun 2020.
"Ini sekitar 2 tahun lalu. Dulu 72 meter sekitar 38 meter," kata Andi, saat dihubungi, 29 Juni.
Penurunan air diperkirakan sekitar 4 meter. Diduga penyebabnya kerusakan hutan Catur Desa Dalem Tamblingan. Hutan di Catur Desa itu meliputi Desa Munduk, Desa Gobleg, Desa Gesing yang berada di Kecamatan Banjar dan Desa Umejero di Kecamatan Busungbiu.
"Sebenarnya, kalau airnya surut ini tergantung kemarau dan musim hujan. Tapi, sekarang biar pun musim hujan airnya tetap surut. Hujan-hujan tetap dia tidak mau pasang, paling-paling diam di sana. Kalau, musim kemarau cepat sekali dia surut bisa-bisa satu meter surutnya," ungkapnya.
"Sebenarnya, air danau sedikit surut ini saya punya feeling untuk hutannya. Kalau dulu lebat sekarang rusak hutannya. Kalau, menurut saya kedepannya ini biar bisa hutan dilestarikan tetap dijaga, jangan mengandalkan Dinas Kehutanan, mari kita bisa menjaga kelestarian hutan ini," ujar Andi.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, I Gede Melanderat menerangkan dana kembar menjadi ranah ranah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Namun pihaknya sudah melaksanakan monitoring dan evaluasi di dua danau tersebut.
"Kalau, bicara kerusakan hutan tidak ada yang bisa komentari tetapi penutupan lahan, di sana kan ada lahan milik di penyanding atau Catur Desa di sana. Ada, lahan milik tentunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan tanaman untuk mensuplai air. Artinya, kita tidak bisa juga memberikan statement bahwa sekarang turun akibat begini," ujar Melanderat.
Bila terjadi penurunan air akan berdampak kepada daerah hilir dyang memanfaatkan Danau Tamblingan dan Danau Buyan.
"Kalau kita berbicara seberapa parah, iya mungkin Buleleng yang daerah sumber mata airnya dari dua danau ini harus bersiap-siap dan berhati-hati di dalam pemanfaatan air. Jadi, pemanfatannya harus betul-betul efesien sehingga tidak mengalami penurunan debit. Jadi, betul-betul dimanfaatkan dengan bijak," ujarnya.
Baca juga:
- Update COVID-19 per 29 Juni: Kasus Baru 20.467, Akumulasi 2.156.465 Kasus
- Kemenkes Tegaskan Vaksinasi Belum Jadi Syarat Layanan Administrasi dan Perjalanan
- Kemenkes Sebut Varian Delta 6 Kali Lebih Cepat Menular, Cuma Butuh Waktu 10-15 Detik
- Ngabalin Beri Pesan ke BEM UI, Singgung Intelektualitas dan Kritis yang Harus Pakai Data
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Bali, Agus Budi Santosa mengatakan tidak ada penebangan hutan di kawasan sekitar danau Buyan dan Danau Tamblingan.
"Pertama surutnya air, data statistik tidak bicara seperti itu. Kedua, tentang adanya deforestasi pembalakan liar masif itu lagi-lagi data statistik citra satelit tidak bicara seperti itu," ujarnya.
"Tidak ada (laporan). Kalau kualitas air itu saya tidak bisa jawab, karena kualitas dengan tinggi muka air itu hal yang berbeda. Kalau kualitas air nanti tanyanya ke P3E," ujar Agus.