Dua Ledakan Guncang Bago, Rezim Militer Myanmar Tangkapi Warga Sipil
JAKARTA - Lebih dari 20 warga sipil ditangkap, setelah ledakan terjadi di luar kantor administrasi lingkungan rezim militer di Hpa Do, Wilayah Bago pekan lalu.
Dua ledakan terjadi di Bago pada Selasa pekan lalu. Polisi dan tentara berdatangan ke lokasi usai terjadi ledakan pertama. Tak lama kemudian, ledakan kedua terjadi, merusak kendaraan militer Myanmar.
"Tidak lama setelah bom meledak, mobil polisi muncul. Biasanya akan memakan waktu sekitar 10 menit untuk sampai ke kantor administrator dari kantor polisi, tetapi mereka muncul sangat cepat," kata seorang penduduk setempat seperti melansir Myanmar Now Senin 21 Juni.
"Pada malam harinya, mereka mulai menangkap orang-orang yang mereka curigai (berada di balik peristiwa peledakan tersebut)," sambungna.
Rezim militer Myanmar menggerebek sebuah rumah di Bangsal 5 pada pukul 2 pagi pada Hari Rabu. Ketika mereka tidak dapat menemukan orang yang mereka cari, mereka dilaporkan menangkap saudara laki-laki dan perempuannya.
Sore harinya, mantan administrator Hpa Do Hla Aye dan seorang relawan lokal juga ditangkap.
Militer juga melakukan penggerebekan di Bangsal 1 untuk mencari pria lain yang dicurigai. Namun, seperti sebelumnya, lantara tidak menemukan orang yang mereka cari, militer menahan tetangga pria yang dicurigai.
"Mereka mengepung rumah, membawa senjata. Ketika tidak ada orang di sana, mereka mengambil orang dari rumah sebelah—tanpa alasan," ungkap warga sekitar.
Hari Jumat, rezim militer Myanmar kembali melakukan penggerebekan dan penangkapan di beberapa rumah di Hpa Do. Anggota keluarga dari mereka yang ditahan mengatakan, mereka tidak memiliki kontak dengan kerabat yang di tahanan junta.
"Mengapa mereka ditangkap? Di mana mereka sekarang? Kami tidak tahu apa-apa. Sama sekali tidak ada apa-apa," tutur seorang anggota keluarga. Rezim militer belum membuat pernyataan apapun mengenai penangkapan tersebut.
Angkatan bersenjata rezim militer Myanmar menghancurkan protes yang diadakan di Hpa Do pada 27 Maret, yang sekarang dikenal sebagai Hari Revolusi Anti-Fasis. Setidaknya satu warga sipil tewas dan banyak lagi terluka. Momentum gerakan anti-kediktatoran kota menurun setelah tindakan keras tersebut.
Terpisah, sedikitnya 10 orang ditangkap oleh pasukan rezim setelah ledakan lain terjadi di jalur kereta api Yangon-Mandalay di Kota Kanyutkwin, Bago, Myanmar pada 10 Juni.
Baca juga:
- Kasus Infeksi Melonjak Drastis di Yangon, Myanmar Hadapi Gelombang Ketiga COVID-19
- 865 Warga Sipil Myanmar Tewas, Majelis Umum PBB Siapkan Resolusi
- Menyamar Jadi Warga Sipil, 25 Tentara Myanmar Tewas di Tangan Etnis Bersenjata KNDO
- Perusahaan India Pasok Radar hingga Sistem Komunikasi untuk Rezim Militer Myanmar
Untuk diketahui, hingga Minggu 20 Juni Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mencatat 872 warga sipil tewas dan 6.219 orang ditahan, dengan 5.033 di antaranya masih berada dalam tahanan sejak kudeta rezim militer Myanmar 1 Februari lalu.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.