Pejabat AS: Target Semiliar Dosis Vaksin Asia Pasifik Bisa Terpenuhi

JAKARTA - Kepala kebijakan Indo-Pasifik Presiden Joe Biden mengatakan pada Selasa, 8 Juni bahwa dia "relatif yakin" target produksi satu miliar dosis vaksin untuk kawasan itu pada akhir 2022 akan terpenuhi, meskipun terjadi krisis COVID -19 di India, tempat vaksin itu akan dibuat.

Ketika ditanya pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh lembaga kajian Center for a New American Security apakah dia mengharapkan penundaan dalam rencana empat negara, yang diumumkan di Gedung Putih pada Maret dan diliput banyak media, Kurt Campbell mengatakan Washington telah berkonsultasi dengan India dan pihak lain yang terlibat dalam proyek tersebut.

"Jelas, ini adalah periode yang sangat sulit bagi teman-teman India. Amerika Serikat telah mencoba untuk berdiri bersama Delhi dan mengajak pihak lain, baik di sektor swasta maupun publik, untuk mendukung mereka," katanya dilansir Antara, Rabu, 9 Juni.

"Diskusi kami dengan kedua mitra kami di sektor swasta, dan juga di pemerintahan, menunjukkan bahwa kami --syukurlah-- masih sejalan sesuai rencana untuk 2022."

"Saya pikir kami merasa relatif percaya diri saat kami menuju 2022," tambahnya. Dia juga menekankan bahwa di seluruh Asia dan dunia, bahkan negara-negara yang berhasil menangani virus dengan baik, sedang menghadapi wabah yang disebabkan oleh varian baru.

"Saya kira kami mengerti, satu-satunya cara efektif untuk melawan ini adalah melalui diplomasi vaksin. Kami mencoba meningkatkannya secara lebih umum," katanya.

Kelompok Kuartet yang terdiri atas Amerika Serikat, India, Jepang, dan Australia saat pertemuan puncak pada Maret sepakat bahwa perusahaan pembuat obat India Biological E Ltd akan memproduksi setidaknya satu miliar dosis vaksin pada akhir 2022.  Dosis-dosis vaksin tersebut akan dikirim ke negara-negara Asia Tenggara, Indo-Pasifik, dan kawasan-kawasan lain. 

Para pejabat AS mengatakan bahwa di bawah rencana itu, Amerika Serikat dan Jepang akan membantu India memproduksi vaksin-vaksin yang dikembangkan perusahaan obat AS Novavax Inc serta Johnson & Johnson.

India, produsen vaksin terbesar di dunia, kemudian dilanda gelombang infeksi yang dahsyat dan menghentikan ekspor vaksin di tengah kritik keras terhadap Perdana Menteri Narendra Modi atas peluncuran vaksin domestik yang mencakup kurang dari lima persen dari perkiraan populasi orang dewasa, yang jumlahnya 950 juta.

Sumber-sumber pemerintah India mengatakan kepada Reuters pada Mei bahwa India tidak mungkin melanjutkan ekspor  vaksin dalam jumlah  besar hingga setidaknya Oktober.

Pada Selasa, pejabat India dan pakar kesehatan menyambut baik rencana pemerintah untuk memberikan suntikan gratis kepada semua orang dewasa, tetapi memperingatkan bahwa vaksinasi harus dipercepat untuk mencegah lonjakan infeksi baru.