Protes China, Walikota Budapest Resmikan Uighur hingga Dalai Lama Sebagai Nama Jalan
JAKARTA - Walikota Budapest Gergely Karacsony mengumumkan pergantian nama sejumlah ruas jalan di ibukota Hongaria tersebut, sebagai protes atas rencana pembangunan universitas China di kota tersebut.
Universitas dimaksud adalah Fudan University, salah satu universitas paling bergengsi di China. Proyek pembangunan kampus Fudan pertama di Eropa ini ditargetkan selesai pada tahun 2024 mendatang.
Protes datang bukan karena pembangunan fasilitas pendidikannya, namun karena kegelisahaan terhadap dugaan praktik pelanggaran hak asasi manusia oleh Pemerintah China.
Karenanya, nama-nama jalan yang dipilih pun melambangkan perjuangan akan hak asasi manusia. Mulai dari Dalai Lama Street, pemimpin spiritual Tibet yang diasingkan telah dicap sebagai separatis berbahaya oleh Beijing. Kemudian ada Free Hong Kong Road, mengacu pada perjuangan demokrasi Hong Kong di bawah tekanan Beijing.
Adapula Uyghur Martyrs' Road untuk memeringati dugaan pelangagran hak asasi manusia dan genosida terhadap etnis minoritas Muslim Uighur. Hingga Bishop Xie Shiguang Road, jalan yang mengambil nama seorang Imam Katolik di China yang dianiaya.
Walikota Karacsony melakukan ini sebagai bentuk menyuarakan keprihatinan tentang pembelian pengaruh China di Hongaria, merujuk pada pembangunan kampus Fudan University yang didukung oleh Pemerintahan Perdana Menteri Viktor Orban.
Ada kegelisahan yang berkembang di antara para kritikus Orban terhadap kedekatannya dengan negara-negara termasuk Rusia, Cina dan Belarusia, serta pembatasannya terhadap independensi media dan pendidikan tinggi.
"Kami masih berharap proyek itu tidak akan terjadi, tetapi jika itu terjadi maka itu harus sesuai dengan nama-nama ini," kata Karacsony, melansir BBC Kamis 3 Juni.
Sementara itu, China membantah melakukan pelanggaran hak asasi manusia seperti yang selalu diarahkan kepada mereka. Selain itu, China menyebut protes tersebut sebagai upaya untuk menghalangi kerja sama China - Hongaria.
"Beberapa politisi Hongaria mencoba untuk menghebohkan isu-isu terkait China untuk menarik perhatian dan menghalangi kerja sama China-Hongaria. Perilaku ini tercela," tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin, seperti melansir Reuters.
Baca juga:
Pemerintah Hongaria pastinya membela proyek ini, kendati dalam sebuah jejak pendapat yang diadakan oleh lembaga pemikir liberal Republikon Institute yang diterbitkan pada Hari Selasa menyatakan, 66 persen warga menentang proyek ini dan hanya 27 persen yang mendukung.
"Kehadiran Universitas Fudan berarti akan memungkinkan untuk belajar dari yang terbaik di dunia," bela Tama Schanda, wakil menteri untuk inovasi dan teknologi mengatakan pekan lalu.