Silang Pendapat Elon Musk dan Mark Zuckerberg Soal Lockdown

JAKARTA - Kebijakan lockdown atau karantina negara di mana pun, masih hangat diperbincangkan. Sekali pun tujuannya untuk memutus rantai penyebaran pandemi COVID-19. 

Pro-kontra dan silang pendapat soal kebijakan lockdown pun terjadi di Amerika Serikat (AS), yang tengah memberlakukan aturan tersebut di sebagian besar negara bagiannya. Lamanya masa karantina memicu berbagai protes dan kritikan, karena memaksa berbagai aktivitas di luar rumah harus berhenti sementara waktu. 

CEO Tesla Elon Musk mengatakan, kalau kebijakan lockdown sangat merugikan perekonomi masyarakat. Ia berpandangan kalau lockdown merupakan kebijakan yang fasis dan anti-demokrasi dalam memutus rantai penyebaran COVID-19.

Lewat akun Twitternya, Musk juga meminta pemerintah Amerika untuk mengembalikan kebebasan warga negaranya sebelum pandemi ini. Seraya menunjukkan tautan artikel Wall Street Journal yang menunjukkan bahwa lockdown tidak menyelamatkan banyak nyawa tetapi telah menghancurkan ekonomi lokal.

Tweet lainnya yakni "Bravo Texas!" dengan tautan ke cerita surat kabar lokal tentang rencana gubernur Texas Greg Abbott untuk mengizinkan toko, restoran, dan bioskop dibuka kembali dari hari Jumat. Tetapi kemudian, Musk mengklarifikasi bahwa ia tidak berpikir semua toko dan bisnis harus segera dibuka kembali.

"Ya, buka kembali dengan hati-hati dan perlindungan yang sesuai, tetapi jangan semua orang di bawah tahanan rumah secara de facto," bela Musk.

Sejatinya, pria berusia 48 tahun itu sebenarnya telah lama menyatakan skeptis tentang virus corona, yang telah membuat lebih dari 3,1 juta orang terinfeksi dan menewaskan lebih dari 217.000 orang di seluruh dunia.

"Jika seseorang ingin tinggal di rumah mereka, itu bagus. Tetapi bahwa mereka tidak dapat meninggalkan rumah mereka dan bahwa mereka akan ditangkap jika mereka melakukannya - itu fasis," tweet Musk.

Dia beralasan bahwa lockdown akan menyebabkan 'kerugian besar' bagi banyak perusahaan, dan bahwa tidak semua perusahaan akan mampu mengatasi pemadaman berkepanjangan seperti halnya Tesla.

Di sisi lain, CEO Facebook Mark Zuckerberg yang menyetujui aturan pemerintah terkait lockdown memiliki pendapat lain. Diungkapkannya, keprihatinan tentang mengurangi tindakan lockdown hanya akan membuat pandemi COVID-19 bertahan lebih lama daripada yang diantisipasi masyarakat saat ini. 

“Saya khawatir bahwa pembukaan kembali tempat-tempat tertentu terlalu cepat sebelum tingkat infeksi telah dikurangi ke tingkat yang sangat minimal hampir akan menjamin wabah di masa depan dan hasil kesehatan dan ekonomi jangka panjang yang lebih buruk,” kata Zuck seperti dikutip Reuters.

Kedua bos pengusaha di bidang teknologi ini, tentunya memiliki pengalaman berbeda menyoal lockdown. Hal menariknya Tesla sempat menolak upaya otoritas California untuk menutup pabriknya di Bay Area saat lockdown, sampai akhirnya memutuskan produksinya pada 19 Maret. 

Sementara Facebook, jaringan sosial terbesar di dunia ini justru mengalami peningkatan traffic aplikasinya sejak pemberlakukan lockdown. Meski di sisi lain, platform buatan Mark Zuckerberg itu justru merugi karena kehilangan sebagian besar pendapatannya dari iklan sejak Maret lalu.