Penerus Kepemimpinan Korea Utara Bila Kim Jong-un Meninggal
JAKARTA - Santer beredar kabar bila Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un meninggal, pasca menjalani operasi Jantung beberapa waktu lalu. Tagar #KIMJONGUNDEAD pun menjadi trending topic warganet di Twitter.
Seperti dilansir Washington Post, rumor berembus sejak siaran Hong Kong Satelite Television (KHSTV) yang mengabarkan meninggalnya pria kelahiran 8 Januari 1984 itu. Belum lagi kereta yang diyakini milik Pemimpin Korea Utara tengah langsir di kota Wonsan, sebelah timur Korut.
"Kami memahami bahwa Ketua Kim Jong Un telah berada di Wonsan beberapa minggu ini," kata seorang pejabat Korea Selatan yang identitasnya dirahasiakan, seperti dikutip VOI, Minggu, 26 April.
Baca juga:
Rumor lain menyebutkan, bila meninggalnya Kim Jong-un dikarenakan adanya kesalahan operasi saat pemasangan stent atau ring pada ruang kardiovaskular di jantung. Walau begitu kontrol media membuat informasi dari negara tersebut sulit untuk diverifikasi.
Bahkan Amerika Serikat (AS) dan China sampai berusaha mencari tahu kebenaran isu tersebut. AS memantau dengan cermat pergerakan situasi di Korut melalui citra satelit. Sementara Tiongkok mengirim tim medis dalam upaya untuk mencari tahu kebenaran dari negara yang sangat tertutup itu.
Langkah AS dan China itu dilakukan setelah muncul spekulasi mengenai kesehatan Kim Jong Un yang selama dua minggu tak muncul di publik. Bahkan, pria berusia 36 tahun itu tak datang dalam peringatan kakeknya Kim Il Sung, pendiri rezim - hari paling penting dalam kalender politik Korea Utara pada 15 April lalu.
Pengganti Kim Jong-un
Jika benar Kim Jong-un meninggal, maka Korea Utara akan menutup rapat akses informasi dan daerah perbatasan dari negara luar untuk sementara waktu. Tak akan ada yang berani untuk menyampaikan statment resmi tentang kondisi kesehatan sang pemimpin.
"Jika sesuatu yang sangat buruk terjadi pada Kim, Korea Utara akan menutup perbatasannya dan para diplomat serta jurnalis asing di Pyongyang akan diawasi dengan ketat," kata Profesor Yang Moo-jin di Universitas Studi Korea Utara, seperti dikutip South China Morning Post.
Bahkan informasi terkait siapa pengganti Kim Jong-un akan terkunci rapat, sampai waktu yang tidak ditentukan. Para analis mengatakan, adik perempuan Kim Yo-jong dan para loyalis dapat mengambil alih tampuk kepemimpinan sampai sosok penerus yang layak.
Namun, jika merujuk pada budaya Korea Utara yang menganut patriarkat. Maka kecil kemungkinan bila Kim Yo-jung akan mengantikan tahta kepemimpinan sang kakak di Korea Utara. Sebab pada umumnya yang meneruskan kuasa hanya diberikan pada anak laki-laki kandung.
"Kim Yo-jung merupakan orang kedua di Korea Utara. Ia memiliki basis kekuatan utama dengan kontrol organisasi dan departemen bimbingan, peradilan, dan keamanan publik," kata Cho Han-bum dari Institut Korea untuk Unifikasi Nasional.
Jikalau bukan Kim Yo-jung, Korea Utara masih akan dipimpin sementara waktu oleh kalangan politisi senior. Hal ini diperkuat dengan Choe Ryong Hoe Presiden Majelis Rakyat Korea Utara yang disebut menjadi kandidat terkuat untuk menggantikan Kim Jong-un.
Pengamat internasional dan guru besar hukum internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana memperdiksi, Korea Utara ke depannya akan dipimpin secara oligarki. Hal ini pula yang akan berpengaruh dengan hubungan Korea Utara dengan Korea Selatan maupun Amerika Serikat ke arah yang negatif.
"Saat ini banyak spekulasi yang beredar siapa yang menjadi pengganti Kim Jong Un. Kalau penggantinya lebih senior dari Kim Jong Un maka garis kebijakannya tentu berbeda dengan Kim Jong Un dan mempengaruhi hubungan Korea Utara dengan Korea Selatan ke arah negatif," ujar Hikmahanto seperti dikutip era.id.