Mengenal Siapa Doni Monardo
JAKARTA – Letnan Jenderal Doni Monardo, sosok yang dipilih presiden Jokowi untuk mengemban tugas sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia sejak Januari 2019. Ia juga merangkap sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di bulan Maret 2020. Posisi Gugus Tugas berada di bawah lingkup kordinasi BPNB, sebuah tim khusus pemerintah pusat yang melibatkan kementerian, lembaga dan unit pemerintahan lain. Doni Monardo adalah jenderal bintang tiga yang pertama kalinya berperan sebagai Kepala BNPB Indonesia.
Ia adalah suksesor Laksamana Muda (Purn) Willem Rampangilei, kepala BNPB sebelumnya. Harapan presiden Jokowi kepada Doni Monardo agar bisa memperbaiki semua kekurangan era sebelumnya dengan akselerasi cepat. Selain keahlian di bidang infanteri, Doni Monardo juga memiliki keunggulan di sektor manajerial dan kordinator yang cekatan.
Gugus Tugas Percepatan COVID-19 berada di bawah lingkup BNPB yang ditugaskan untuk berkordinasi antarlembaga demi upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit Corona Virus baru di Indonesia.
Siapa Doni Monardo
Ayahnya lebih dulu berprofesi dalam dunia militer sebagai Polisi Militer, Letnan Kolonel Nasrul Saad nama lengkapnya. Ibunya, Roeslina, seperti umumnya para istri tentara yang fokus mengurus rumah tangga dan keluarganya di rumah.
Berstatus anak kolong, membuat Doni Monardo sudah terbiasa hidup nomaden dari kota ke kota demi panggilan tugas sang Ayah. Bersekolah SMP di Lhokseumawe, lalu kembali ke Padang ketika SMA. Ingin seperti sang Ayahnya, sehingga memutuskan masuk ke Akademi Militer Nasional, dan tercatat sebagai lulusan angkatan tahun 1985.
Suatu masa di tahun 1992, ia menikahi Santi Aviriani yang juga berdarah Minang dan dikaruniai tiga sosok buah hati yang melengkapi kehidupan mereka.
Perjalanan Karir Doni Monardo
Garis start awal karirnya bermula di kesatuan pasukan elit Kopassus, sejak tahun 1986 hingga 1998. Pengalaman bertempur langsung berhadapan kelompok separatis Fretilin di Timor-Timur dan GAM di Aceh dulu saat beroperasi, diakui membentuk karakter diri Doni Monardo. Keahliannya juga terbilang unggul perihal bidang infanteri.
Setelah dua belas tahun digembleng ala Kopassus, pada tahun 1999 Doni yang jago dalam keahlian menembak, ditugaskan pada Batalyon Raider di Pulau Dewata Bali. Hanya dua tahun ia terlibat hingga tahun 2001.
Perlu diketahui, kekuatan Batalyon Raider diumpamakan setara dengan 3 kali dari umumnya Batalyon infanteri biasa. Pasukan yang dibentuk demi meningkatkan daya cegah TNI, disertai kemampuan khusus beroperasi dalam sudut kecil, bersifat rahasia, dan mendadak.
Kemudian pada tahun 2004, Istana memanggil dirinya. Ia ditugaskan untuk menemani dan mengawal keseharian RI-1 sebagai ‘Perisai Hidup’ yakni Paspampres. Dua tahun menjalaninya, di tahun 2006 ia dipindah tugaskan ke tanah seberang, Celebes, Sulawesi. Kali ini perannya sebagai Komando Cadangan Strategis (KOSTRAD) Makassar, Sulawesi Selatan.
Dua tahun setelahnya di tahun 2008, Doni kembali lagi sebagai ‘Perisai Hidup’ Paspampres. Dengan jabatan memimpin Grup A sebagai Komandan, berarti ia sedikit lebih dekat karena langsung berhadapan dengan Presiden dan keluarganya. Grup A Paspampres ini setara dengan kekuatan 4 detasemen.
Setelah Paspampres, di tahun 2010 Doni dipercaya sebagai Danrem 061/Surya Kencana selama satu tahun hingga 2011. Status Wakil Komandan Jenderal (Wadanjen) Kopassus sempat dijalaninya periode 2011-2012.
Ketiga kalinya tenaga Doni diminta kembali ke lingkungan Istana. Memuncaki jabatan dari sebelumnya sebagai Komandan Paspampres periode 2012-2014. Ia sempat merasakan menjaga dua sosok presiden, Susilo Bambang Yudhoyono kala masa aktinya, dan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ketika hendak berpindah tongkat estafet kepemimpinan di tahun 2014.
Serdadu yang ahli dalam menembak pun pulang kendang ke dalam korps baret merah, sebagai Komandan Jenderal Kopassus periode 2014-2015. Perjalanan Doni berlanjut lewat status Pangdam, yang nantinya menjadi catatan terakhir jabatannya di dunia militer.
Sebagai Pangdam XVI/Patimura Kota Ambon periode 2015-2017. Dan Pangdam III/Siliwangi Kota Bandung yang hanya setahun dijalaninya, periode 2017-2018.
Setelah tahun 2018, Doni Monardo tak terlibat lagi berkarir di militer. Persinggahan berikutnya adalah mengemban misi sebagai Sekretaris Jenderal Wantannas mulai dari 2018-2019. Jabatan inilah yang kemudian dipoles apik di bulan Januari 2019 saat dilantiknya Doni Monardo sebagai Kepala BNPB, menyusul Ketua Gugus Tugas Percepatan COVID-19 di bulan Maret 2020
Akselerasi karir Doni Monardo bisa dibilang cepat, menjabat posisi prestis tak pernah lama dalam satu jabatan. Cukup beralasan di tengah kebutuhan negara akan sosok Doni Monardo
Merekat Bangsa dengan Gaya Humanis
Ada yang lebih penting dari politik, yakni kemanusiaan. Pesan Gus Dur mantan Presiden ke-3 Indonesia. Apalagi untuk memilih jalur berperang angkat senjata melawan rakyatnya sendiri, bukanlah karakter Jenderal bintang tiga ini. Ia terbukti pernah merekat bangsa dengan kepemimpinan yang mengedepankan sisi humanis, begitu filosofi Doni Monardo.
Tanyakan kepada publik disana, Maluku, Aceh, dan Papua. Bagaimana mencari jalan keluar ketika adanya ancaman disintegrasi bangsa tak melulu teratasi lewat angkat senjata ataupun kekerasan. Gaya humanis yang mengedepankan pendekatan emosional, dialog dan interaksi dua arah kepada publik terbukti solutif.
Dimulai ketika ia menjabat sebagai Pangdam XVI/Pattimura di Maluku, ia menggiring perwakilan kedua suku yang bertikai ke dalam sebuah kedai kopi, berdiplomasi, berdialog sembari menganalisa permasalahan sebenarnya. Ustadz Jumu Tuani selaku perwakilan Laskar Operasi yang tadinya bermusuhan dengan Pendeta Moses dan kawan-kawan dari RMS, berhasil dirukunkan, berdamai sedia dulu kala.
Daratan Maluku mengenal sosok Doni Monardo bukan hanya sebagai Pangdam XVI Pattimura saja, melainkan juga menobatkannya sebagai Warga Kehormatan Kota Ambon. Andilnya sangat berperan dalam mendamaikan peperangan antar suku yang tak kunjung henti di antara Morela dan Mamala.
Ditandai pula bangkitnya perekonomian Maluku lewat konsep Emas Biru dan Emas Hijau, sebuah konsep yang diinisiasi Doni Monardo. Sampai-sampai sanjungan langsung dari mulut Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo yang saat itu menjabat Gubernur Lemhanas mengakui konsep Doni Monardo jelas berpengaruh dan patut diapresiasi.
Program Emas Hijau adalah serangkaian upaya pembibitan, pengembangan, dan penananam tanaman bernilai ekonomi tinggi dan langka di daratan Maluku.Sedangkan Program Emas Biru adalah pengelolaan budidaya perikanan di kawasan perairan Maluku.
Di belahan Barat, ada Teuku Ishak Daod di Aceh. Mantan Wakil Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Linge yang tadinya musuh di medan perang kemudian berbalik menjadi teman karena cara Doni mengatasinya.
Bulan Juli 2018 Teuku Ishak terbaring lemah karena penyakit syaraf kejepit, memahami sang lawan dalam keadaan tak berdaya ia justru memerintah dr. Riswandi agar mengurus Wakil Panglima GAM tersebut. Komando langsung kepada dokter yang ada di lingkungan Lemhannas, supaya Teuku Ishak dirawat intensif dan melayani kebutuhan medisnya selama perawatan di RSPAD Jakarta. Dengan upaya itu, Teuku Ishak dan istrinya merasa luluh, membawa keinginan kembali kepada pangkuan NKRI.
Sejak kembalinya Doni Monardo sebagai Danjen Kopassus, tujuannya memang ingin membuang kesan militer dan prajurit itu momok yang menakutkan di mata rakyat. Lewat kampanye “Senyum, Sapa, Salam” perlahan citra Kopassus yang dulu begitu memudar, menjadi lebih baik.
Boy Eluay juga mengamininya. Selama 63 tahun berdirinya Kopassus, mereka semakin membaik intinya. Boy adalah putra sulung dari Theys Hiyo Eluay, petinggi sekaligus pencetus dekrit Papua Merdeka yang tewas saat berjibaku melawan pasukan elit terbaik di dunia itu. Bagaimana cara Doni Monardo justru meluluhkan lantakkan pemikiran Boy Eluay, dan dengan terbuka mengundang mantan anggota separatis Papua Merdek ke acara HUT Kopassus ke-63 di tahun 2015.
Kepeduliannya terhadap alam dibuktikan lewat program Citarum Hanum. Konsep yang diinisiasi pada tanggal 1 Februari 2019 oleh Doni memang bertujuan mengembalikan kebersihan – kualitas air, meminimalisir kerusakan akibat dampak aktivitas publik sekitarnya.
Kenapa tak menjadikan sungai Citarum sebagai halaman muka yang dibanggakan pulik, pikirnya. Belum sampai tuntats ia kembali ditarik ke Ibukota untuk menjalani peran sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Sesjentannas).
Karena isu lingkungan hidup juga yang membawa sosok Doni semakin dikenal publik Makassar, Sulawesi Selatan. Lewat perannya yang mengubah lahan tandus di Kawasan bandara Sultan Hasanuddin menghijau lewat konsep penghijauan berkala saat dirinya menjabat sebagai Kostrad.
Fakta Menarik Doni Monardo
Berkeliling Dunia.
Ia adalah petinggi militer yang pernah merasakan 27 negara di dunia saat mengawal presiden Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai Komandan Grup A Paspampres.
Mengawal Dua Orang RI-1.
Pada tahun 2012-2014 ia adalah Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres), figur yang paling bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menariknya, ia sempat juga bertanggung jawab atas pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla ketika mereka terpilih menang pemilu presiden 2014.
Jagoan Menembak.
Keahliannya menembak tak diragukan, dalam kategori perseorangan ia meraih nilai 189,2 dan menjadi juara ke-2. Dan meraih juara 1 dalam kategori tim regu, bersama Mayjen Agus Suhardi, Brigjen TNI Agus SB, dan Brigjen TNI Joni Supriyanto, dalam tim A TNI AD.
Warga Kehormatan.
Nama Doni Monardo di mata publik Kota Ambon adalah Warga Kehormatan, yang tertera lewat Surat Keputusan DPRD Kota Ambon Nomor: 16/KPTS/DPRD/2017 tanggal 13 November 2017.
Perompak Somalia.
Operasi kapal MV Sinar Kudus di Somalia melawan perompak berhasil menyelamatkan puluhan Anak Buah Kapal WNI, setelahnya pangkat Doni naik dilantik sebagai Brigadir Jenderal.
Profil Doni Monardo
Nama lengkap
Letjen Doni Monardo
Profesi
Militer
Pangkat
Letnan Jenderal Bintang Tiga
Tempat dan Tanggal lahir
Cimahi, 10 Mei 1963
Agama
Islam
Orangtua
Nasrul Saad
Roeslina
Pasangan
Santi Aviriani
Anak
Azzianti Riani Monardo
Reizalka Dwika Monardo
Adelwin Azel Monardo
-
Pendidikan
Lemhannas (2012)
Seskoad (1999)
Akademi Militer (1985)
SMA Negeri 1 Padang (1981)
-
Perjalanan Karir
2019-sekarang
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) & Kepala Gugus Tugas Percepatan COVID-19
2018-2019
Sekretaris Jenderal Wantannas (Dewan Ketahanan Nasional)
2017-2018
Pangdam III/Siliwangi
2015-2017
Pangdam XVI/Pattimura
2014-2015
Danjen Kopassus
2012-2014
Komandan Paspampres
2011-2012
Wakil Komandan Jenderal Kopassus
2010-2011
Danrem 061/Surya Kencana
2008
Danbrigif Linud 3/Tri Budi Sakti
Asisten Operasional Danpaspampres
Dandenma Paspampres
1999-2001
Danyonif 900/Raider
Danyon-11 Grup-1/Kopassus]
Penghargaan
Bintang Jasa Utama
Bintang Yudha Dharma Pratama
Bintang Kartika Eka Paksi Pratama
Bintang Yudha Dharma Nararya
Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
SL. Dharma Bantala
SL. Kesetiaan XXIV
SL. Kesetiaan XVI
SL. Kesetiaan VIII
SL. Dwidja Sistha
SL. Dharma Nusa
SL. Wira Siaga
SL. Ksatria Yudha
SL. Wira Karya