Google Ketar-ketir Hadapi Krisis Ekonomi Akibat Pandemi COVID-19
JAKARTA - Beragam dampak dari wabah coronavirus atau COVID-19 semakin hari semakin menjadi. Banyak sektor bisnis tutup dan memulangkan karyawannya karena tak sanggup membayar upah dan melanjutkan bisnisnya. Hal serupa dialami oleh Google, perusahaan mesin pencarian terbesar di dunia.
CNBC Internasional melihat sebuah laporan dari orang dalam Google yang mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut kini tengah memangkas anggaran pemasarannya dengan jumlah yang cukup menohok untuk paruh kedua tahun ini.
Salah satu e-mail tersebut dikirimkan kepada karyawannya yang mencakup pemotongan anggaran dan berhenti untuk merekrut karyawan penuh waktu dan kontrak. "Ada pemotongan anggaran dan pembekuan perekrutan terjadi di seluruh pemasaran dan di seluruh Google," kata satu pesan dari direktur global yang dikirim ke karyawan belum lama ini.
"Kami, bersama dengan bagian pemasaran lainnya, telah diminta untuk memotong anggaran kami sekitar setengahnya untuk H2," ungkap karyawan Google yang tak ingin identitasnya terungkap.
Seorang juru bicara perusahaan membenarkan bahwa beberapa perusahaan pusat di berbagai negara mengalami pemotongan anggaran hingga setengahnya, tetapi ada yang lain mungkin tidak terkena dampak karena masih dalam proses kalibrasi ulang.
"Seperti yang kami uraikan pekan lalu, kami mengevaluasi kembali langkah rencana investasi kami untuk sisa tahun 2020 dan akan fokus pada sejumlah upaya pemasaran penting yang dipilih. Kami terus memiliki anggaran pemasaran yang kuat, terutama di bidang digital, di banyak bidang bisnis," ujar perwakilan Google.
Informasi mengejutkan bahwa saham Google terus menerus turun hampir 2 persen. Pergerakan drastis ini terjadi seminggu setelah CEO Alphabet Sundar Pichai mengatakan Google akan menarik kembali sebagian dana investasinya untuk sisa tahun ini di tengah krisis COVID-19, dimulai dengan membatasi perekrutan karyawan baru.
Baca juga:
Namun, Pichai, pada saat itu, hanya mengatakan akan mengkalibrasi ulang pemasaran esensial non-bisnis dan secara signifikan akan menghentikan perekrutan karyawan. Tidak ada penyebutan pemotongan anggaran yang drastis atau pembekuan perekrutan karyawan.
Kabar tersebut juga datang ketika perusahaan menghadapi krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, yang juga mempengaruhi ekonomi global.
Sebelum pandemi, Google mengharapkan peningkatan pengeluaran pemasaran dari tahun sebelumnya. Perusahaan, yang membagi biaya pemasaran dan penjualan bersama-sama, menghabiskan 18,46 miliar dolar AS untuk penjualan dan pemasaran pada 2019.
Dana tersebut termasuk pengeluaran iklan dan promosi yang terkait dengan produk dan layanan serta kompensasi untuk karyawan dalam penjualan juga pemasaran. Tahun lalu, Google menambah jumlah karyawannya setidaknya 15 persen, laporan tahunan menunjukkan. Selain itu, ada peningkatan biaya iklan dan promosi 402 juta dolar AS.
"Sama seperti krisis keuangan 2008, seluruh ekonomi global sedang dirugikan, dan Google serta Alphabet tidak kebal terhadap dampak pandemi global ini. Kami ada dalam ekosistem kemitraan dan bisnis yang saling terhubung, banyak di antaranya merasakan kesedihan yang signifikan," imbuh Pichai dalam memo yang dikirimkan kepada karyawan pekan lalu.