IHSG Sudah Anjlok 26,43 Persen Dibanding Awal Tahun

JAKARTA - Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, pandemi COVID-19 memberikan pengaruh besar terhadap bursa saham Tanah Air. Hampir seluruh data perdagangan mengalami penurunan signifikan dari awal tahun 2020 hingga hari ini.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Inarno Djajadi mengatakan, selama tahun berjalan hingga penutupan perdagangan 17 April 2020, IHSG tercatat anjlok 26,43 persen menjadi 4.635. Kapitalisasi pasar (market cap) juga turun sebesar 26,11 persen menjadi Rp5.368 triliun.

"Rata-rata frekuensi harian turun 1,49 persen menjadi 462.000 kali. Dan yang lebih menyakitkan lagi, nilai rata rata transaksi harian turun 23,84 persen menjadi Rp6,34 triliun," ujar Inarno melalui video conference bersama wartawan, Jumat 24 April.

Ia mengatakan, anjloknya IHSG sejalan dengan semua indeks bursa global. Yang tertinggi dialami Austria, sedangkan penurunan market cap tertinggi dialami di Amerika Serikat sebesar 3 triliun dolar AS.

Lebih lanjut kata Inarno, pergerakan IHSG dan nilai transaksi turun signifikan pada Maret 2020. Saat itu, setelah Presiden Joko Widodo menyampaikan di sudah ada satu orang yang positif terinfeksi virus COVID-19.

Sementara dari eksternal, pada saat yang sama wabah corona meluas ke berbagai negara. Ini membuat investor global dan domestik merespons negatif pasar keuangan baik di dalam negeri maupun luar negeri.

"Situasi ketidakpastian terus berjalan sampai saat IHSG sentuh level terendah pada hari Selasa, 24 Maret 2020, indeks turun 37,49 persen dibanding posisi akhir tahun lalu, dan semoga ini menjadi puncak penurunan terdalam di tahun ini," kata Inarno.

Inarno menyampaikan, koreksi IHSG terdalam sepanjang sejarah sebesar minus 50,6 persen. Itu terjadi saat krisis keuangan global 2008 yang disebabkan kasus Subprime Mortgage di AS.

"Meskipun kita lihat indeks mengalami penurunan, aktivitas perdagangan kita saat ini cukup baik. Rata rata perdagangan Maret Rp7,9 triliun per hari, meningkat dari Januari dan Februari," ujar Inarno.

Inarno menyebut, terjadi penurunan di seluruh indeks sektoral, tertinggi pada harga saham di sektor aneka industri, sebesar -40,60 persen. Ini terjadi dengan penurunan harga saham perusahaan besar di aneka industri, salah satunya saham PT Astra Internasional Tbk (ASII).

Harga saham ASII tercatat turun 40 persen dari sebelumnya. Selain itu, dari penurunan nilai kapitalisasi pasar tertinggi terjadi pada sektor keuangan. Nilai kapitalisasi pasar sektor ini turun sebesar Rp708 triliun.

Dalam situasi yang penuh ketidakpastian tersebut, investor asing keluar dari pasar saham domestik dan beralih ke instrumen investasi yang berkarakter safe haven.

Menurut catatan BEI, terjadi net sell Rp14,87 triliun selama periode yang sama. Periode terbesar penarikan dana asing di bursa saham Indonesia terjadi pada akhir Februari hingga April 2020.