Facebook Luncurkan Peta COVID-19 yang Diklaim Lebih Akurat

JAKARTA - Facebook terus berusaha untuk memerangi virus corona atau COVID-19 secara global. Belum lama ini, jejaring media sosial itu meluncurkan sebuah peta interaktif yang menunjukkan data akurat penyebaran virus tersebut.

Peta interaktif itu juga menampilkan berapa banyak orang yang memiliki gejala COVID-19 khususnya di wilayah Amerika Serikat (AS). Peta itu menggunakan data dari survei terhadap lebih dari satu juta pengguna Facebook yang dilakukan oleh para peneliti Universitas Carnegie Mellon (CMU) selama dua minggu.

CEO Facebook Mark Zuckerberg mengatakan, basis pengguna Facebook sebanyak 2 miliar orang memosisikannya untuk membantu para peneliti melakukan survei menyeluruh untuk lebih memahami wabah COVID-19.

"Facebook secara unik cocok untuk menjalankan survei ini karena kami melayani komunitas global miliaran orang dan dapat melakukan pengambilan sampel yang akurat secara statistik. Kami melakukan ini dengan cara perlindungan privasi di mana hanya para peneliti di CMU," kata pria yang akrab disapa Zuck dalam keterangan resmi yang dikutip dari Tech Crunch, Rabu 22 April.

Facebook berjanji akan terus melakukan survei harian untuk memperbarui data pada peta. Tak hanya itu, perusahaan tersebut juga akan mulai menjalankan survei secara global dalam beberapa pekan mendatang.

Zuck mengatakan, data yang dikumpulkan dari pengguna Facebook dapat membantu otoritas kesehatan dan pemerintah setempat untuk memutuskan bagaimana dan kapan akan membuka kembali sektor bisnis, pendidikan dan lainnya pada negara masing-masing.

Saat menggunakan peta interaktif ini, peta tersebut menunjukkan rincian kabupaten dan kota dari berapa banyak pengguna Facebook yang disurvei melaporkan gejala COVID-19. Pengguna juga dapat membandingkannya dengan peta pengguna Facebook lain yang melaporkan gejala flu di daerah tersebut. Peta ini juga dapat menunjukkan rumah sakit daerah mana yang siap merawat pasien dengan positif COVID-19.

Tak sampai di situ, Facebook juga telah melakukan survei tersebut di negara Inggris guna melacak penyebaran COVID-19. Facebook mengatakan, tidak akan memiliki akses ke data kesehatan pengguna tetapi hanya akan meneruskannya ke CMU.

Seorang ahli mengungkapkan data dari survei akan bermanfaat bagi para ilmuwan tetapi mungkin tidak mengungkapkan banyak tentang penyakit ini. Facebook telah meluncurkan survei di AS, pada 6 April lalu, menarik sekitar satu juta tanggapan per minggu.

Sebagai informasi, survei tersebut meliputi pertanyaan tentang kesehatan mereka dan apakah mereka pernah mengalami gejala umum COVID-19, seperti batuk terus-menerus atau demam.

Analis CMU berencana dalam beberapa minggu untuk menggunakan data dari survei dan sumber-sumber lain untuk memperkirakan berapa banyak penerimaan rumah sakit dan perawatan intensif COVID-19 di wilayah tertentu.