Imbauan Sri Mulyani dan Antusiasme Warga Belanja di Saat COVID-19

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati diseret-seret terkait membeludaknya pengunjung di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Sri Mulyani ikut ‘diseret’ karena mengimbau masyarakat untuk belanja baju lebaran.

Menkeu Sri Mulyani memang mengajak masyarakat melakukan kegiatan belanja jelang Idulfitri 2021 agar kegiatan ekonomi tetap berjalan. Menurutnya, penerima THR (Tunjangan Hari Raya), bisa mengirim kepada orang tua atau saudara di tempat asal mereka.

 

Masyarakat, dikatakannya, juga tetap bisa pergi ke mal namun tetap harus menjaga protokol kesehatan. Selain itu, masyarakat pun tetap bisa memasak hidangan Lebaran meski tidak berkumpul, makanan itu bisa dikirim ke sanak saudara.

"Tetap beli baju baru, supaya nanti walaupun silaturahmi pakai (aplikasi) Zoom tetap bisa pakai baju baru. Sehingga muncul aktivitas (ekonomi) di masyarakat," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani Indrawati berharap Ramadan dan Idulfitri 2021 ini bisa menciptakan kesempatan kerja dan daya dukung ekonomi. "Ini yang kita harapkan terjadi pada kuartal kedua dan ketiga, yaitu masyarakat bergerak secara relatif normal. Namun tetap menjaga protokol kesehatan," kata Menteri Keuangan itu.

Namun, ajakan Menkeu tersebut justru menjadi bumerang lantaran memicu antusiasme berlebih masyarakat hingga membludaknya Pasar Tanah Abang. Situasi itu pun langsung diserang sejumlah kalangan.

 

Politikus PKS Mardani Ali Sera memandang, ajakan untuk kegiatan belanja di masa pandemi COVID-19 yang disampaikan pihak pemerintah itu hanya akan memicu kerumunan.

"Ajakan belanja oleh pemerintah bisa menimbulkan kerumunan baru di mana-mana. Iya enggak sih?" tulis Mardani Ali Sera, dalam akun Twitter pribadinya.

 

Politikus Gerindra Fadli Zon juga menyinggung ajakan belanja dari Sri Mulyani. 

"Ada menteri yang imbau masyarakat belanja termasuk baju baru. Ada masyarakat belanja di pasar dan mal hingga timbul kerumunan. Ada yang bubarkan kerumunan. #sirkusnegeribingung," kata Fadli Zon di akun Twitternya.

 

Menanggapi sindiran itu, politikus PPP Achmad Baidowi menilai terlalu berlebihan jika Menkeu Sri Mulyani disalahkan terkait ajakan belanja yang mengakibatkan kerumunan di pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara itu.

"Janganlah mengait-ngaitkan. Terlalu maksa untuk mengaitkan asumsi yang dibangun,” ujar Baidowi, Senin, 3 Maret.

Menurut Sekretaris Fraksi PPP DPR itu, masyarakat semestinya lebih bijak dalam menyerap pernyataan Sri Mulyani. Salah satunya, dengan berbelanja kebutuhan lebaran secara online.

"Kan beli baju lebaran tidak harus offline. Bisa dilakukan secara online. Sehingga menggerakkan ekonomi rakyat itu tidak musti dimaknai dengan belanja secara tatap muka," jelas Awiek.

 

Lagipula, anggota Komisi VI DPR itu pun menilai, tidak ada masalah jika harus berbelanja secara langsung di pasar asalkan tetap menaati protokol kesehatan.

“Ini lebih pada pengawasan dari aparat di lapangan yang belum maksimal dan tidak mengantisipasi membludaknya masyarakat," tandas legislator Jawa Timur itu.

Antusiasme Belanja di kala COVID-19 di Tanah Abang

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman turut menyayangkan adanya kerumunan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kata dia, masyarakat harusnya tetap waspada dengan adanya penularan COVID-19.

Dia bahkan menyebut, masyarakat yang berdesakan di sana bisa saja tak hanya mendapatkan baju lebaran tapi juga terpapar virus COVID-19. Apalagi, dalam sebuah video yang viral, masyarakat berada di satu area dalam ruangan dan tak menaati protokol kesehatan.

"Ya, ini bisa saja belanja baju lebaran yang didapat bukan cuma baju lebarannya tapi juga virus COVID-19 juga dapat dibawa pulang," kata Dicky saat berbincang dengan VOI, Minggu, 2 Mei.

Budayawan Tisna Sanjaya juga menilai antusiasme masyarakat yang memadati pusat grosir pasar Tanah Abang sangat rawan terhadap ketidakpastian pandemi COVID-19. Bermodal keyakinan aman sudah vaksinasi, mereka rela berdesakan untuk memenuhi kerinduan berbelanja menyambut hari raya yang terlewat di 2020 lalu.

"Menurut saya situasi sekarang masih sangat rawan untuk melakukan hal yang sifatnya ueuforia, keluar dari kantung kantung work from home, tetap menjaga protokol kesehatan, pakai masker sampai mentang-mentang kita sudah divaksin terus sembarangan masuk mal pasar, seperti kasus di Jakarta (Tanah Abang, red)," ujar Tisna kepada VOI, Senin, 3 Mei. 

Tisna mengatakan, situasi tersebut sangat riskan mengikuti jejak India yang mengalami lonjakan kasus digelombang kedua COVID-19.

"Ini sangat berbahaya, kan ada contohnya di India itu. Kalau terjadi gelombang kedua ini akan sangat berbahaya dan dampaknya itu bukan hanya buat orang perorang tapi juga untuk negara ini," kata budayawan asal Bandung itu.