COVID-19: Cara Unik Seniman Pantomim Mengajari Anak Mesir Cuci Tangan
JAKARTA - Salah satu langkah untuk mencegah penyebaran COVID-19 ialah dengan melakukan cuci tangan yang benar sesuai dengan anjuran badan kesehatan dunia (WHO). Sayangnya, tak banyak orang yang dapat mengakses informasi terkait cuci tangan yang benar. Di Kairo Mesir, misalnya.
Untungnya, ada seorang seniman pantomim bernama Ahmed Naser. Dirinya mau meluangkan waktu untuk turun ke jalanan di Kairo dalam rangka membagi masker dan memberikan anjuran cuci tangan yang benar kepada anak-anak.
Melansir Reuters, Sesuatu yang menarik dari aksi pria berumur 22 tahun tersebut, tak lain karena dirinya mendatangi tempat berkumpulnya anak-anak dengan berdandan khas pantomim yang lengkap, seperti wajah diwarnai putih, pakaian bergaris-garis, beserta kacamata merah cerah.
Setiap harinya, Naser menelusuri sudut jalan kota untuk menemukan tempat anak-anak berkumpul sejak sekolah mereka tutup karena COVID-19. "Saya keluar hari ini untuk membuat anak-anak sadar akan bahaya virus corona," katanya di lingkungan al-Qalaa di Ibu Kota.
Berkat penampilan uniknya, Naser selalu berhasil membuat anak-anak berkumpul. Namun, alih-alih melucu atau melakukan aksi pantomim, Naser kemudian berbicara dengan jelas untuk memberi tahu anak-anak terkait pentingnya mencuci tangan.
Dua minggu yang lalu saja, Naser telah mendatangi dan berbicara dengan anak-anak yang bermain sepak bola di jalan-jalan di sekitar Bab al-Futuh, dekat tembok kota tua Kairo. "Tujuannya adalah untuk menjangkau anak-anak tanpa akun Facebook atau mereka yang tak memiliki akses informasi yang tepat," kata Naser.
Aksinya itu dilakukan karena COVID-19 telah menutup penampilan regulernya memainkan pantomim. Padahal, aksinya itu telah dilakukan selama bertahun-tahun. Untuk itu, guna mengobati kerinduannya, Naser turun ke jalan. Meski tak berpantomim, anak-anak yang melihat penampilannya saja sudah terhibur.
Sementara itu, hingga Rabu malam, Mesir telah melaporkan 2.505 kasus COVID-19, dengan 183 kematian. Oleh karenanya, negara terpadat ketiga di Afrika tersebut telah memberlakukan jam malam, melarang pertemuan publik besar, serta menutup sekolah-sekolah maupun universitas.