Manfaatkan Layanan Konsultasi Daring Soal COVID-19 di RECON Kemendikbud
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) mengembangkan platform daring bernama Relawan COVID-19 Nasional (RECON). Dengan tujuan untuk memfasilitasi kegiatan relawan kesehatan di tengah pandemi virus corona.
Platform berbasis web yang dikembangkan oleh tim Teknologi Informasi dan Komunikasi Ditjen Dikti ini memfasilitasi relawan kesehatan untuk dapat memberikan layanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pendampingan secara daring kepada masyarakat. Termasuk layanan konsultasi penanganan COVID-19.
Baca juga:
"Platform ini juga bisa dimanfaatkan untuk online screening dan online konsultasi, serta pemantauan ODP, PDP, masyarakat hingga nanti di-refer atau diacu ke rumah sakit yang tepat atau melakukan isolasi diri atau karantina diri sesuai dengan arahan dari manager kasusnya nanti," kata Plt Dirjen Pendidikan Tinggi Nizam dalam keterangan tertulisnya.
Nizam menjelaskan layanan konsultasi dan pendampingan RECON akan dilakukan oleh para relawan yang berasal dari mahasiswa kesehatan dan para dokter sebagai case manager (CM).
"Implementasi platform ini akan lebih banyak berada di Fakultas Kedokteran yang terhubung di dalam Asosiasi Pendidikan Kedokteran Indonesia, dan adik-adik mahasiswa yang terkoordinasi melalui Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia," jelas Nizam.
RECON dapat diakses melalui tautan INI. Masyarakat yang mengakses layanan ini nantinya akan diminta untuk mengisi data-data biodata, gejala klinis, faktor risiko, dan informasi kontak. Pihak RECON meminta data yang diberikan secara jujur agar dapat membantu proses pendampingan.
Sementara Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Aris Junaidi mengungkapkan saat ini telah tergabung lebih dari 15 ribu relawan mahasiswa dan tenaga medis. Mereka akan bertugas melakukan sosialisasi secara online terkait COVID-19.
Dengan rincian terdiri dari 2.136 tenaga medis/kesehatan, 1.062 mahasiswa co-asistensi atau yang sedang menempuh pendidikan profesi dokter Indonesia, 2.493 mahasiswa S-1 Kedokteran, 461 mahasiswa bidang farmasi, 315 mahasiswa kebidanan, 1.272 mahasiswa keperawatan, 744 mahasiswa kesehatan masyarakat, dan 3.031 mahasiswa bidang kesehatan lain.
"Ada pula 2.739 mahasiswa nonkesehatan dan 1.442 kelompok masyarakat umum yang ikut terlibat sebagai relawan," imbuh Aris.
Penugasan relawan mahasiswa dilakukan bertahap sesuai kebutuhan. Di mana para relawan ini akan memberikan pendampingan dan konsultasi secara daring melalui WhatsApp atau aplikasi lain.
"Apabila mendesak sekali dapat membantu melakukan contact tracing tanpa bertemu pasien di bawah supervisi case manager di tiap wilayah," jelas Aris.