Pastikan KRI Naggala Retak, Kasal: Kalau Ledakan, Pasti Terdengar pada Alat Deteksi Sonar
JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikan kemungkinan kapal selam KRI Nanggala-402 mengalami keretakan sekaligus memastikan kapal tidak meledak.
"Retakan, bukan ledakan," kata Laksamana TNI Yudo Margono saat menjawab pertanyaan wartawan mengenai kemungkinan kondisi KRI Nanggala-402 saat jumpa pers di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Bali, Sabtu, 24 April dilansir Era.id.
Ia menjelaskan keretakan pada kapal selam kemungkinan terjadi secara bertahap di bagian-bagian tertentu.
"Karena retakan, jadi secara bertahap di bagian tertentu, saat kapal selam mulai turun, ini pasti terjadi fase-fase mulai dari kedalaman 300 meter, 400 meter, hingga 500 meter," kata Kasal menjelaskan.
Dalam kesempatan itu, Kasal menegaskan bahwa kapal selam tidak meledak. "Kalau ledakan, pasti akan terdengar pada alat deteksi sonar. Itu pasti akan terdengar kalau ledakan,” kata Laksamana TNI Yudo Margono menandaskan.
Baca juga:
- Kapal Selam KRI Nanggala-402 Hilang, Jokowi: Keselamatan 53 Awak Prioritas Utama
- Sebelum Mudik Dilarang Syarat Perjalanan Diperketat, tapi Warga Tak Perlu Urus SIKM
- Pengakuan Rizieq Shihab: Saya Terkena COVID-19 di Bandara, Bukan Maulid Nabi
- Polri Kirim Surat ke Interpol di Lyon untuk Buru Jozeph Paul Zhang, Orang-orang terdekat Diperiksa
Dalam kesempatan itu, Kasal berharap para awak KRI Nanggala-402 mampu mencegah air masuk dalam saat kapal mengalami keretakan.
Pasalnya, tantangan utama saat kapal selam mulai retak adalah masuknya air ke dalam bagian-bagian kapal.
Yudo menyebutkan ada kemungkinan para awak kapal dapat menyelamatkan diri mengingat kapal selam terbagi dalam ruangan-ruangan yang dibatasi oleh sekat sehingga masing-masing kedap air apabila tertutup rapat.
"Ada bagian kabin-kabin yang air tidak bisa masuk. Di dalam kapal selam juga ada sekat-sekatnya ditutup itu sehingga air tidak masuk. Apabila keretakannya di depan, mungkin anggota sempat menutup, ada kemungkinan tidak masuk air di situ," kata Yudo menerangkan asumsi mengenai kondisi kapal.
KRI Nanggala-402 telah hilang kontak pada hari Rabu (21/4) sekitar pukul 03.00 WITA. Jika kondisi kapal dalam keadaan blackout (mati listrik total), oksigen hanya akan tersedia sampai Sabtu (24/4) pukul 03.00 WITA.
Namun, jika aliran listrik masih menyala, kemungkinan kapasitas oksigen dalam kapal akan tersedia sampai 5 hari dan akan habis kurang lebih pada hari Senin, 26 April.
Sejauh ini, pencarian KRI Nanggala-402 masih terus berlangsung sejak pertama kali dimulai pada hari Rabu, 21 April.
Pencarian kapal saat ini terkonsentrasi di sembilan titik pada perairan utara Bali, yaitu sekitar 40 kilometer dari pesisir Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng.
Sembilan titik itu jadi daerah fokus penyelidikan karena tim pencari sempat menemukan tumpahan minyak serta mendeteksi daya magnet cukup kuat pada kedalaman 50—100 meter.
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto pada hari keempat pencarian, Sabtu, mengatakan bahwa berbagai temuan komponen kapal bisa menjadi dasar pihaknya meningkatkan status kapal selam dari submiss (hilang) menuju subsunk (tenggelam).
"Unsur-unsur Angkatan Laut telah menemukan tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti autentik menuju fase tenggelamnya KRI Nanggala," kata Panglima TNI saat membuka sesi jumpa pers di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Bali, Sabtu.
Dalam kesempatan itu, Kasal menjelaskan bahwa pihaknya telah menemukan sejumlah barang yang diduga kuat milik KRI Nanggala-402, di antaranya pelurus tabung torpedo, pembungkus pipa pendingin, botol oranye pelumas periskop kapal selam, serta alat-alat salat dan spons untuk menahan panas.