Race for Vaccine: Ilmuwan Oxford Umumkan Vaksin Mereka Siap pada September
JAKARTA - Vaksin untuk COVID-19 kemungkinan sudah siap digunakan September, kata seorang Profesor Bidang Vaksinologi Sarah Gilbert. Ilmuwan dari Universitas Oxford, Inggris itu 80 persen hakulyakin, vaksin yang sedang dikembangkan oleh timnya tersebut akan rampung sesuai target.
Menurut pemberitaan Sky News Gilbert dan timnya merupakan salah satu kelompok ilmuwan di dunia yang tengah berpacu dengan waktu untuk menemukan vaksin COVID-19. Beberapa ilmuwan dari beberapa negara lain seperti Amerika Serikat, China, dan Israel memang sedang berlomba-lomba untuk membuat vaksin.
Proses pembuatan vaksin memang memakan waktu panjang dan sulit dipastikan. Pasalnya, virus ini harus melewati beberapa tahapan uji coba, seperti proses pengembangan awal, kemudian menguji kepada binatang, dan kemudian baru bisa diuji kepada manusia mulai dari skala kecil sampai skala besar.
Sementara vaksin yang dikembangkan Gilbert sudah akan mulai diuji kepada manusia dua minggu ke depan. Mereka rela bekerja tujuh hari dalam seminggu untuk mempercepat proses pengerjaan vaksin itu.
"Saya pikir ada peluang besar bahwa pengembangan itu akan berhasil, berdasarkan hal-hal lain yang telah kami lakukan dengan jenis vaksin ini," kata Gilbert dikutip harian The Times.
Kata Gilbert, target penyelesaian vaksin itu bukan sekadar dugaan, melainkan berdasarkan data terbaru yang terus bertambah setiap minggunya. "Saya kira (perkiraan) ini sekitar 80 persen," kata Gilbert.
Tameng virus
Kabar baiknya lagi, menurut para peneliti dari Universitas Southampton mengungkapkan bahwa virus corona baru itu punya "tameng yang rendah". Artinya, vaksin bisa lebih mudah dikembangkan.
Kendati demikian Gilbert tidak mau terlalu jumawa, katanya tidak ada satu orang pun yang mampu menjanjikan kapan pastinya virus itu akan selesai. Namun Gilbert yakin jika semuanya berjalan dengan sempurna, maka vaksin akan selesai sesuai target.
Tantangannya, para ilmuwan Oxford itu mengaku kesulitan melakukan uji coba vaksin di Inggris, karena rendahnya tingkat aktivitas manusia pasca-lockdown. Untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat, mereka harus melakukan uji coba di tempat yang tingkat penularannya lebih tinggi.
Baca juga:
Seperti diketahui, Inggris memang menjadi salah satu negara yang menggelontorkan dana terbesar untuk pengembangan vaksin COVID-19. Britania mengguyur dana 210 juta poundsterling untuk pengembangan vaksin.
Sementara pemerintah Inggris sendiri mengatakan siap membeli jutaan dosis, seandainya percobaan terbukti berhasil.