Ingatkan Tidak Mudik, Sekjen MUI: India Harus Jadi Pelajaran, Jangan Terulang di Indonesia

JAKARTA - Sekjen MUI Pusat Buya Amirsyah Tambunan mengajak seluruh masyarakat tidak mudik pada libur lebaran 2021. Hal ini semata-mata untuk menekan angka penyebaran COVID-19.

"Larangan mudik ini berdasarkan data, kajian. Seperti yang disampaikan Prof Wiku, setiap ada kerumunan kasus COVID-19 melonjak. Mudik ini membuat kerumunan," kata Buya Amirsyah dalam jumpa pers di Gedung BNPB, Jakarta, Jumat, 23 April.

Menurut dia, dengan tidak mudik akan meningkatkan penanganan kasus COVID-19 di Indoensia yang saat ini tengah melandai. Jangan sampai kasus yang tengah melandai melonjak lagi gara-gara mudik lebaran ini.

"Saya mengingatkan India harus jadi pelajaran berharga jangan sampai terulang di Indonesia," kata dia.

Adapun kasus COVID-19 di India saat ini memang tengah melonjak. Pemerintah India pada Kamis, 24 April ini melaporkan lebih dari 300.000 kasus infeksi virus Corona selama 24 jam terakhir.

Bagi masyarakat yang tidak mudik kata dia, jangan risau tidak bisa bertemu dengan keluarganya. Kata dia, mereka bisa memanfaatkan teknologi.

"Silaturahmi ada yang efisien lewan zoom, saya tadarus lewat zoom. Ini terhindar dari kerumunan," kata dia.

Dalam kesempatan ini dia mengingatkan, bagi masyarakat yang tinggal di daerah zona merah sebaiknya melakukan ibadah dari rumah. Hal ini, kata dia, tidak mengurangi esensi beribadah.

"Ibadah di rumah lebih abdol bagi yang berada di daerah yang zona merah, dihindari kerumunan. Salat tarawih di rumah," ujar dia.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengaku, ada kekhawatiran pemerintah terhadap aktivitas mudik 2021 yang berkaca pada tahun lalu.

Menurutnya, akan masih ada pemudik yang nekat bepergian. Bahkan diprediksi, jumlah pemudik nakal mencapai 13 persen dari 73-80 juta orang yang biasa melakukan mudik lebaran. Atau terdapat sekitar 10 juta pemudik nekat pada periode lebaran 2021.

"Dan 10 juta itu cukup heboh. Cukup semrawut, dua kali lipat penduduk Singapura," ujar Muhadjir dalam keterangannya, Rabu, 21 April.

Karena itu, Muhadjir mengatakan, pihaknya tengah berupaya mencari cara untuk meminimalisir jumlah warga yang tidak mematuhi larangan mudik itu. 

Muhadjir menuturkan, seandainya pemerintah tidak memberlakukan larangan mudik maka ada sekitar 73 juta orang yang berpergian kampung halamannya tahun ini. 

Menurutnya, pemerintah tidak akan sanggup menegakkan disiplin swab test sebagai syarat jalan bagi 73 juta pemudik secara bersamaan.

"Kita khawatir nanti banyak surat keterangan sehat abal-abal dan itu tidak akan bisa terkendali. Kita khawatirkan juga akan ada kerumunan yang tidak terencana," jelasnya.