voi.id

Indonesia Pernah Tercatat Masuk Piala Dunia

JAKARTA - Sepak bola menjadi olahraga yang sangat populer di Indonesia. Sebagian besar sejarah awal perkembangan sepak bola di negeri ini tidak lepas dari pengaruh Belanda. Dalam konteks sepak bola internasional, hubungan antara Belanda dan Indonesia sering kali mengingatkan kita pada sejarah panjang antara kedua negara, termasuk keterlibatan dalam Piala Dunia dan pembentukan sistem sepak bola di Indonesia.

Tim nasional Belanda, yang dikenal dengan julukan "Oranje," memiliki sejarah panjang di Piala Dunia FIFA. Sejak pertama kali tampil pada tahun 1934, Belanda telah menjadi kekuatan besar sepak bola dunia. Mereka terkenal dengan filosofi "Total Football" yang diperkenalkan oleh pelatih Rinus Michels dan dipopulerkan oleh pemain legendaris Johan Cruyff pada 1970-an. Meskipun Belanda belum pernah memenangkan Piala Dunia, mereka telah tiga kali menjadi runner-up, yakni pada tahun 1974, 1978, dan 2010.

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/mrh/Spt/pri.

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/mrh/Spt/pri.

Sedang Indonesia, yang saat itu dikenal sebagai Hindia Belanda, menjadi negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia pada tahun 1938 di Prancis. Partisipasi Indonesia di Piala Dunia tahun 1938 adalah satu-satunya dalam sejarah Hindia Belanda. Dengan itu, Indonesia (Hindia Belanda) tercatat menjadi negara Asia pertama yang ikut Piala Dunia. Meski dalam turnamen tersebut, Indonesia (Hindia Belanda) langsung gugur di babak pertama setelah kalah 0-6 dari Hungaria. Meskipun perjalanan itu singkat, pencapaian tersebut tetap menjadi tonggak sejarah sepak bola Indonesia.

Namun, hingga saat ini, Indonesia belum berhasil kembali ke Piala Dunia. Hal ini sering menjadi perbandingan dengan Belanda, yang secara konsisten menjadi peserta kuat di kompetisi tersebut.

Peran Belanda dalam Pembentukan Sepak Bola di Indonesia

Sepak bola diperkenalkan ke Indonesia oleh bangsa Belanda pada akhir abad ke-19, ketika Indonesia masih menjadi bagian dari Hindia Belanda. Pertandingan sepak bola pertama di Indonesia tercatat berlangsung pada tahun 1896 di Jakarta (dulu Batavia). Olahraga ini awalnya dimainkan oleh komunitas Eropa dan elite lokal, sebelum akhirnya menyebar ke masyarakat umum.

Pada awal abad ke-20, sejumlah klub sepak bola didirikan di berbagai kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Klub-klub ini awalnya eksklusif untuk warga Eropa. Namun, munculnya organisasi sepak bola lokal seperti Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1930 menandai awal emansipasi sepak bola Indonesia dari dominasi Belanda.

 Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond, (BIVB) didirikan pada awal Desember 1928 dan merupakan bagian sejarah Persib Bandung. (Sumber: De Locomotief, 3 Desember 1928.)
 Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond, (BIVB) didirikan pada awal Desember 1928 dan merupakan bagian sejarah Persib Bandung. (Sumber: De Locomotief, 3 Desember 1928.)

Organisasi yang awalnya bernama Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi Belanda. Pendirinya, Soeratin, Sosro Soegondo, awalnya memiliki visi untuk melawan diskriminasi oleh organisasi sepak bola yang dikendalikan Belanda bernama Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB). Sejak saat itu, sepak bola mulai dianggap sebagai simbol persatuan bagi masyarakat Indonesia.

Sejak PSSI berdiri, sepak bola Indonesia mulai berkembang pesat. Kompetisi antar klub pun mulai diadakan, untuk memberikan kesempatan bagi pemain-pemain lokal untuk menunjukkan bakat. Tahun 1952, PSSI bergabung dengan FIFA, sekaligus membuka jalan bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam kompetisi internasional itu. Pada tahun 1962, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah Asian Games, yang jadi titik balik sejarah sepak bola Indonesia.

Meski PSSI menghadapi banyak tantangan seperti konflik internal dan kontroversi, Namun organisasi PSSI masih berdiri kokoh dengan menyelenggarakan kompetisi Liga 1 bahkan berkembang dengan kompetisi liga 2 dan liga 3 yang memberi ruang bagi bakat -bakat nasional untuk berkembang. Tim nasional Indonesia juga terus berkembang dan berusaha mencapai prestasi yang lebih tinggi di kancah internasional.

Peninggalan Belanda dalam Struktur Sepak Bola

Belanda juga dianggap memperkenalkan sistem liga di Indonesia. Kompetisi seperti "Stedenwedstrijden" (Liga Antar-Kota) menjadi cikal bakal sistem liga nasional yang ada saat ini. Selain itu, gaya bermain dan strategi sepak bola modern yang diajarkan oleh pelatih-pelatih Belanda turut membentuk pola permainan di Indonesia.

Hubungan sejarah sepak bola Belanda dan Indonesia tidak hanya berhenti di masa kolonial. Hingga saat ini, banyak pelatih dan pemain asal Belanda yang berperan dalam perkembangan sepak bola Indonesia. Contohnya adalah pelatih terkenal seperti Foppe de Haan dan Pieter Huistra, yang pernah melatih tim nasional Indonesia dan klub-klub lokal.

Selain itu, sejumlah pemain keturunan Indonesia-Belanda, seperti Giovanni van Bronckhorst dan Nigel de Jong, telah mencapai kesuksesan di kancah internasional, meskipun mereka memilih untuk bermain untuk tim nasional Belanda.

Mantan rekan setim internasional Giovanni van Bronckhorst, Nigel de Jong, yakin pemain Belanda itu akan sukses di Rangers. (Skysports)

Sejarah sepak bola di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pengaruh Belanda, baik dalam bentuk kompetisi, sistem, maupun strategi permainan. Juga mulai muncul klub-klub seperti seperti Persis Solo yang awalnya bernama Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB), dan Persib Bandung dengan nama Bandoengsche Indonesische Voetbalbond (BIVB). Kehadiran klub-klub ini menandakan bahwa sepak bola mulai diterima dan dimainkan oleh masyarakat Indonesia.

Sementara Belanda terus bersinar di panggung internasional, Indonesia masih berjuang untuk kembali ke Piala Dunia. Namun, hubungan historis ini memberikan fondasi kuat bagi Indonesia untuk terus mengembangkan sepak bola di masa depan, dengan belajar dari warisan Belanda dan inovasi modern dalam olahraga ini.

Setelah jatuh bangun sepak bola Indonesia tak kunjung meningkatkan prestasi, bahkan yang tersohor berita adanya mafia perjudian di sepak bola dan konflik internal pengurus PSSI. PSSI pun akhirnya melirik program naturalisasi, setelah bertahun tahun sepak bola Indonesia jatuh bangun dan pernah menorehkan prestasi bahkan di sejumlah ajang internasional hingga ajang level Asia.

Sejak 2000 PSSI telah mulai mengadopsi strategi naturalisasi pemain sepak bola. Alasan Utama PSSI mengambil keputusan ini, untuk memperkuat tim nasional dengan mengimpor talenta dari luar negeri diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan performa tim.

Bahkan sejak Ketua Umum PSSI dijabat, Erick Thohir, Februari 2023 lalu naturalisasi terus berlangsung dan selektif menaturalisasi pemain keturunan, yakni keturunan maksimal kakek dan neneknya. Setidaknya sejak 2000 tercatat ada 14 pemain naturalisasi dari berbagai negara terutama dari Belanda mendukung timnas, Seperti. nama- nama Ragnar Oratmangoen, Jordi Amat, Marc Klok, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Ivar Jenner, Rafael Struick, Justin Hubner, Jens Raven, Jay Idzes, Calvin Verdonk, Maarten Paes, Mees Hilgers, dan Eliano Reijnders

Dampak positif naturalisasi bagi timnas Indonesia adalah, Selain mendapatkan pemain yang berpengalaman, baik teknis bermain, postur pemain yang lebih tinggi, juga pemain yang lebih matang dan pengalaman. Berkat kehadiran pemain naturalisasi, peringkat Timnas Indonesia mengalami kenaikan ranking ke posisi 129 FIFA berkat hasil di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Dan disebut sebut sebagai ranking tertinggi dalam 13 tahun kiprah Tim Nasional.

Sehingga mantan Pelatih Tim Nasional Shin Tae Yong, dengan optimis dengan masa depan Timnas ke depan. "Kalau kita naik peringkat sampai 50 (Rangking) FIFA, mungkin sepak bola Indonesia tidak mudah runtuh seperti sebelum-sebelumnya," ujarnya.

Mengenal Patrick Kluivert

Denny Landzaat, Erick Thohir dan Patrick Kluivert saat perkenalan ke media. (foto: ulfa/voi.id)

Patrick Stephan Kluivert, lahir 1 Juli 1976 (48) adalah pelatih sepak bola asal Belanda. Mantan pemain penyerang kesebelasan Ajax dan Barcelona dan Kesebelasan tim nasional Belanda., Sebagai bermain penyerang. Merupakan salah satu penyerang terbaik Belanda di masanya.

Ia merupakan Generasi Emas Ajax di tahun 1990-an. Dia juga salah satu pencetak gol kemenangan di Final Liga Champions UEFA 1995 di usia 18 tahun. Ia menghabiskan enam tahun dengan klub Spanyol Barcelona, secara keseluruhan, Kluivert mencetak 124 gol dari 249 penampilan.

Kluivert bermain untuk tim nasional Belanda dari tahun 1994 hingga 2004. Dengan 40 gol dalam 79 penampilan, ia salah pencetak gol tertinggi untuk Oranje. Kluivert masuk dalam FIFA 100, daftar 125 pesepakbola terhebat yang masih hidup.

Selain bermain di Kesebelasan Ajax, ia juga mengisi debutnya di klub AC Milan, Barselona, Newcastle United, Valencia, PSV kembali ke daerah asalnya setelah mengalami 2 kali cedera.

Karier kepelatihan

Ekspresi Patrick Kluivert Saat Cetak Gol dan Bermain di Barcelona (IST)

Karir kepelatihan Kluivert diawali dengan mengikuti kursus kepelatihan Asosiasi Sepak Bola Belanda (KNVB) untuk menjadi pelatih profesional, 29 April 2008. Januari 2010, Kluivert menjadi asisten pelatih untuk klub A-League Australia Brisbane Roar di Bawah pelatih Ange Postecoglou. Mei 2010 ia menyatakan pensiun sebagai pemain bola. Sejak itu ia menjadi asisten pelatih untuk NEC, melatih para penyerang. Kemudian ia pindah dan mengambil alih tim muda dan cadangan Jong Twente, sampai Juara

Kemudian bergabung staf pelatih tim nasional Belanda untuk bekerja di bawah pelatih kepala Louis van Gaal. Dan mengantarkan Belanda mencapai di tempat ketiga Piala Dunia FIFA 2014. Lalu Kluivert mengambil alih sebagai manajer tim sepak bola nasional Curaçao untuk kualifikasi Piala Dunia FIFA 2018. Kemudian sebagai manajer tim sepak bola nasional Curaçao untuk kualifikasi Piala Dunia FIFA 2018. Dibawah bimbinganya Curacao sempat mengalahkan Montserrat dan Kuba namun kualifikasi ketiga negeri itu kalah secara agregat.

Setelah membantu negara itu mencapai performa terbaik, ia kemudian mengundurkan diri. kemudian menjadi pelatih kepala di seleksi Ajax A1 (di bawah 19 tahun) di mana terdapat putranya Justin Kluivert untuk mengamankan Liga Pemuda UEFA. Sambil tetap menjadi pelatih kepala Curaçao untuk putaran kedua kualifikasi Piala Karibia, menghadapi Guyana dan Kepulauan Virgin AS di grup tiga.