Pelaku Pencabulan di Pancoran Sakit Inklusi, Ayah Korban Tidak Percaya karena Bisa Sekolah di SMP Negeri

JAKARTA - Abdul Latif, ayah dari korban bocah 5 tahun korban pencabulan remaja berinisial RA (14) mengaku tidak percaya bila terduga pelaku memiliki riwayat Inklusi atau kebutuhan khusus.

“Enggak ada, normal-normal saja,” kata Latif saat dikonfirmasi, Rabu, 8 Januari.

Selain itu, ia juga melihat bila terduga pelaku selama beraktivitas normal pada umumnya. Bahkan tingkah lakunya pun terlihat normal.

“Masalahnya itu data dari mana. Ya orangnya kalau disuruh iya, aktivitas iya,” ungkapnya.

Telebih, kata Latif, terduga pelaku bersekolah bukan di tempat kebutuhan khusus atau Sekolah Luar Biasa (SLB).

“Dia sekolah (SMP), di sekolah negeri,” tutupnya.

Sebelumnya, ibu dari bocah pelaku pencabulan anak di masjid kawasan Pancoran, Jakarta Selatan mengaku kepada kepolisian bila RA (14) adalah anak dengan penyakit inklusi, yang berkebutuhan khusus.

Mendengar pengakuan tersebut, Polres Metro Jakarta Selatan yang menangani kasus ini, akan memeriksa apakah benar RA anak berpenyakit inklusi.

“Sakit katanya inklusi (berkebutuhan khusus). Tapi fisiknya normal, tidak cacat. Tapi kan polisi tidak langsung percaya. Harus diperiksa dulu,” kata Nurma saat dikonfirmasi, Rabu, 8 Januari.

Untuk memastikan apakah RA memiliki penyakit inklusi atau berkebutuhan khusus, pihak kepolisian menunggu hasil pemeriksaan tim Dokter RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

“Dibawa ke (RS Polri) Kramat Jati Selama 14 hari,” ucapnya.