Memori Slobodan Milosevic: Presiden Serbia yang Korup dan Meninggal di Penjara

JAKARTA - Karier Slobodan Milosevic di dunia politik mentereng. Ia mampu merintis kariernya sebagai simpatisan Liga Komunis Serbia – kemudian berubah jadi Partai Komunis Serbia. Kariernya pun menanjak. Ia mampu meraih jabatan mentereng dalam banyak perusahaan di Serbia.

Pengalamannya sebagai anggota partai dimaksimalkan untuk menjaring banyak relasi dan berhasil. Ia mampu jadi Presiden Serbia, kemudian Republik Federal Yugoslavia. Namun, kepemimpinan itu membawa petaka. Slobo justru jadi pemimpin korup.

Kemalangan hidup tak melulu jadi batu sandungan untuk sukses. Narasi itu diamini oleh Slobodan Milosevic. Pria kelahiran di Pozarevac, Yugoslavia, 20 Agustus 1941 sudah merasakan kemalangan hidup sedari kecil.

Ia memang mendapatkan akses pendidikan dari keluarganya. Ayahnya, yang seorang pendeta gereja Ortodoks bunuh diri kala ia masih setingkat SMP. Masalah lain menyusul. Ibu tak lama juga melakukan bunuh diri.

Kepedihan hidup dirasakan Slobo. Namun, kemalangan bukan jadi halangan baginya untuk sukses. Orang-orang lalu mengenal slobo sebagai murid yang rajin dan aktif dalam kegiatan sosial. Keaktifan itu membuatnya bisa bergabung dengan Partai Komunis Serbia.

Slobodan Milosevic (kiri) dan petinggi Partai Komunis Serbia yang juga Presiden Republik Sosialis Serbia era 1986-1987, Ivan Stambolic. (Wikimedia Commons)

Slobo juga menempuh ilmu di Universitas Beograd dan lulus sebagai sarjana hukum pada 1964. Kemujuran hidup mulai dirasakannya. Partai Komunis membukakan banyak peluang karier kepada Slobo. Ia bisa menjadi petinggi beberapa perusahaan.

Ia juga pernah menjadi pimpinan Beogradska Banka (Bank Beograd). Ia perlahan-lahan mengisi jabatan sebagai ketua Partai Komunis Serbia. Kesempatan itu tak disia-siakan olehnya. Ia mampu menunjukkan kapasitasnya. Tokoh politik yang mendukungnya bejibun.

Ia pun didukung oleh banyak pengusaha. Kombinasi itu membuat namanya kesohor di mana-mana. Puncaknya, Partai Komunis Serbia mendaulatnya sebagai Presiden Serbia yang baru pada 1989. Rakyat Serbia pun percaya bahwa Slobo akan membawa banyak perubahan.

“Milosevic tak pernah membikin lelucon, tapi ia tahu benar bagaimana kesedihan itu. Kemampuan itulah tampaknya yang membuat Slobodan Milosevic dianggap sebagai juru selamat oleh sebagian besar orang Serbia.”

“Di sebuah padang rumput yang terik, ratusan ribu orang sabar menunggunya turun dari helikopter. Begitu melihatnya, mereka serempak berteriak: Slobodan, Slobodan. Tampaknya, apa pun yang dilakukan Slobodan Milosevic, hal itu hanyalah untuk mempertahankan kedudukannya,” ujar Siti Nurbaiti dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Mesin Partai bernama Slobo (1993).

Garong Duit Negara

Mulanya kepemimpinan Slobo dari kepemimpinannya sebagai Presiden Serbia era 1989-1997, kemudian jadi Presiden Republik Federal Yugoslavia (Serbia jadi kekuatan utama) era 1997-2000 bawa harapan. Ia dianggap berani pasang badan demi membela hajat hidup rakyat Serbia. Namun, borok Slobo mulai muncul.

Ia mencoba melakukan pembersihan etns Albania. Ia mengontrol seluruh media massa. Ia kerap memanfaatkan kekuasaannya untuk memukul mundur lawan politiknya. Ia juga bertindak serakah dengan melakukan korupsi di sana-sini.

Kiprahnya mengambil duit rakyat kesohor ke mana-mana. Sekalipun citra itu kalah dari Presiden Indonesia Soeharto dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos yang mendapatkan presiden terkorup nomor satu dan dua versi Transparency International via majalah Forbes era 2000-an.

Ia kerap mengambil uang negara. Slobo dengan santainya memindahkan uang itu ke rekeningnya yang tersebar di seantero dunia – bank China hingga Rusia. Narasi itu memungkinkan karena Slobo punya antek-antek yang bekerja di semua bank di Serbia.

Ia juga tak lupa dengan kawan-kawannya. Kroni Slobo mendapatkan keistimewaan dalam semua proyek pemerintah. Siapa saja yang dulunya miskin, berkat bantuan Slobo mereka jadi kaya raya. Kondisi itu membuat kekuasaan Slobo jadi kuat.

Pamer-pamer kekayaan pun diperlihatkan oleh keluarganya sendiri. Anaknya hidup mewah. Namun, kemewahan itu yang membuat rakyat Serbia mengamuk. Hajat hidup rakyat tak pernah dipikirkan. Slobo kalah dalam Pemilu 2000.

Kekalahan itu membuatnya dipenjara karena korupsi dan masalah lainnya. Ia pun dibawa ke penjara PBB karena Slobo dianggap penjahat perang. Puncaknya, Slobo akhirnya meninggal dunia di dalam penjara PBB di Belanda karena serangan jantung pada 11 Maret 2006.

“Selain kepada rekan bisnis, Milosevic juga menyebar kemudahan berbisnis kepada keluarga dekatnya. Marko Milosevic, putra Milosevic yang berusia 26 tahun, adalah salah satu penikmat kemewahan ini. Selain dikenal dengan koleksi mobil balapnya yang mencapai 19 buah, banyak pacar, dan penampilan yang trendi—tapi tak sempat menyelesaikan sekolahnya—Marco dikenal sebagai pemilik jaringan bisnis yang gemerlap: mulai industri hiburan (diskotek), perusahaan properti, hingga toko bebas bea.”

“Kalangan paling dekat yang menjadi sumber inspirasi ketamakan ekonomi dan politik Milosevic adalah Mira Markovic, istri Milosevic. Adalah Mira yang menanamkan isu primordialisme dan kroniisme dalam benak Slobodan. Ambisi Mira menguasai seluruh Yugoslavia sebenarnya telah tersimpan lama,” ujar Arif Zulkifli dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Dari Bank hingga Diskotek (2001).