Laporan Intelijen Korea Selatan Sebut 100 Tentara Korea Utara yang Dikerahkan ke Rusia Tewas
JAKARTA - Anggota parlemen Korea Selatan mengutip badan intelijen negara mengatakan pada Hari Kamis, sedikitnya 100 tentara Korea Utara yang dikerahkan ke Rusia tewas dan 1.000 lainnya luka-luka dalam pertempuran sengit melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk.
Anggota parlemen Lee Seong-kweun mengatakan, kerugian besar itu disebabkan oleh kurangnya pengalaman tentara Korea Utara dalam serangan pesawat nirawak dan ketidaktahuan mereka terhadap medan terbuka tempat mereka bertempur.
Lee berbicara setelah pengarahan tertutup oleh Badan Intelijen Nasional (NIS) kepada parlemen.
Perbedaan dalam perkiraan jumlah tentara yang tewas dari yang dibuat oleh seorang pejabat militer AS yang menyebutkan beberapa ratus korban adalah karena analisis yang relatif konservatif oleh NIS, kata Lee.
"Ada laporan sedikitnya ada 100 orang tewas dan yang terluka mendekati 1.000," katanya, melansir Reuters 19 Desember.
Lee menambahkan, ada indikasi Korea Utara tengah mempersiapkan pengerahan pasukan tambahan, termasuk informasi intelijen dari pemimpin negara itu Kim Jong-un yang mengawasi pelatihan.
Laporan tersebut menggemakan komentar pejabat AS dan Ukraina bahwa kerugian Korea Utara sangat besar dan bahwa Rusia menggunakan mereka dalam jumlah besar dalam serangan di Kursk, wilayah Rusia tempat Ukraina melancarkan serangan lintas perbatasan pada Bulan Agustus.
Baca juga:
- Menlu RI Sugiono Sebut Pencak Silat Memiliki Kekuatan Menyatukan dan Jembatan Persahabatan
- Menlu RI Sugiono Sebut Pencak Silat Memiliki Kekuatan Menyatukan dan Jembatan Persahabatan
- Duta Besar AS Khawatir Rusia Menerima Program Senjata Nuklir Korea Utara
- Presiden Zelensky Bahas Dukungan hingga Jaminan Keamanan Ukraina dengan Sekjen NATO dan Pemimpin Eropa
Lebih dari 10.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan untuk membantu Rusia dalam perang tersebut, menurut pejabat AS dan Korea Selatan. Pyongyang juga telah mengirimkan lebih dari 10.000 kontainer berisi peluru artileri, roket anti-tank, serta howitzer mekanis dan peluncur roket.
Baik Korea Utara maupun Rusia belum secara resmi mengakui pengerahan pasukan atau pasokan senjata tersebut.