Rupiah Sentuh Rp16.000 per Dolar AS, Kemenko Perekonomian: Didorong Faktor Eksternal
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terus bergerak fluktuatif dan menyentuh Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari Selasa, 17 Desember.
Adapun nilai tukar Rupiah hari Selasa, 17 Desember 2024, Kurs rupiah spot di tutup melemah 0,62 persen ke level Rp16.100 per dolar AS.
Sementara kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup turun 0,19 persen ke level harga Rp16.050 per dolar AS.
Asisten Deputi Ekonomi Makro dan Fiskal Kemenko Perekonomian Andriansyah menyampaikan pergerakan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh berbagai data eksternal dan internal.
"Rupiah sama nilai tukar, pasar modal itu kan banyak informasi, banyak dipengaruhi beberapa informasi. Ada informasi dalam negeri, ada informasi di luar negeri. Itu kan juga ada di dinamikanya jadi kita sulit mengatakan bahwa rupiah itu turun itu karena apa. Itu memang karena banyak-banyak faktor," ujarnya saat ditemui di Kantor Kemenko, Selasa, 17 Desember.
Andriansyah menjelaskan, dalam pergerakan rupiah saat ini tentu ada faktor-faktor eksternal yang juga memengaruhi, seperti dampak dari keputusan Trump dan kebijakan Federal Reserve (Fed) yang akan datang.
Menurut Andriansyah, dari sisi pemerintah, termasuk Bank Indonesia (BI), akan melakukan berbagai tindakan seperti intervensi melalui instrumen moneter dan lainnya.
"Kalau dari kami memang tetap akan melakukan pengontrolan dampak dari rupiah itu katakan lah ke asumsi APBN misalnya. Itu akan dampaknya seperti apa," tuturnya.
Selain itu, Andriansyah menyampaikan pemerintah juga akan memperhitungkan pengaruh pergerakan rupiah terhadap atas kebijakan PPN dan insentif untuk sektor padat karya.
Semua faktor tersebut akan dikalkulasikan untuk memahami dampak yang mungkin terjadi.
Baca juga:
Andriansyah menyampaikan saat ini faktor eksternal lebih dominan karena masih adanya ketidakpastian. Misalnya, terkait dengan kebijakan tarif yang disampaikan oleh Trump, yang masih berupa rencana dan belum terealisasi.
Menurutnya, lantaran Trump belum dilantik, sehingga belum ada kepastian apakah kebijakan tersebut akan diterapkan atau tidak. Semua ini masih berupa wacana, tanpa kepastian yang jelas.
"Ingat ya yang dijanjikan, yang diomongkan saat ini sama tarif trump itu masih omongan. Beliau belum dilantik. Masih antisipasi-antisipasi kan masih omongan. Belum-belum dilantik ya. Jadi belum-belum ada kepastian apakah itu diterapkan atau tidak. Tapi itu masih omongnya beliau. Beliau belum dilantik. Belum ada kepastian yang pasti" pungkasnya.