WNI Pekerja Migran di Suriah Tidak Sesuai Prosedur, Kemlu RI: Negara Tertutup Bagi Penempatan Sektor Domestik

JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di sektor domestik di Suriah tidak sesuai prosedur, lantaran negara itu tertutup untuk sektor tersebut, meminta keluarga di Indonesia untuk jalin komunikasi dengan kementerian.

Itu dikatakan pejabat Kementerian Luar Negeri RI, di tengah upaya evakuasi WNI dari Suriah terkait dengan perkembangan situasi di negara tersebut.

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan, mayoritas WNI di Suriah merupakan pekerja migran, utamanya bekerja di sektor domestik.

"Dapat kami pastikan, seluruh pekerja migran sektor domestik tersebut berangkat tidak sesuai prosedur," jelas Judha dalam keterangan pers di Jakarta, Senin 16 Desember.

"Karena suriah merupakan negara tertutup bagi penempatan pekerja migran sektor domestik. Jadi datanya tidak ada di instansi pusat, baik di Kemnaker (Kementerian Tenaga Kerja) maupun P2MI. Mungkin mereka memiliki akses terbatas untuk melakukan lapor diri, sehingga peran aktif keluarga untuk lapor ke kementerian luar negeri sangat-sangat diharapkan," urainya.

Situasi di Suriah meningkat dengan cepat, setelah kelompok pemberontak melakukan serangan ke sejumlah kota di negara itu pada akhir November. Puncaknya, kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil menguasai ibu kota Damaskus, menggulingkan pemerintahan Presiden Bashar al-Ashad pada 8 Desember.

Kementerian Luar Negeri mengatakan, sejauh ini suda ada dua gelombang evakuasi WNI, di mana 47 pekerja migran dan 18 orang yang berada di Suriah tiba di Tanah Air.

Terbaru, Kementerian Luar Negeri tengah mempersiapkan upaya evakuasi gelombang ketiga yang terdiri dari 83 WNI di Suriah.

"Kami mengimbau kepada masyarakat, warga negara kita yang ada di Suriah untuk segera lapor diri," kata Judha.

"Imbauan ini ini sejak awal kita sampaikan, bahkan sebelum Damaskus jatuh, kita sudah lakukan pertemuan virtual dengan WNI yang mampu kita jangkau, untuk menyampaikan kepada wni di sana untuk lapor diri," jelas Judha.

"Angka yang dulu kami sampaikan 1.162 wni itu adalah angka yang disampaikan oleh imigrasi Suriah. Itu tidak lengkap dan tidak updated. Kita coba updated, ada beberapa yang ternyata sudah pulang, ada yang dikontak tidak mengangkat dan sebagainya," tambah Judha.

Diketahui, proses evakuasi dilakukan dengan WNI terlebih dahulu dikumpulkan dan diinapkan di Shelter KBRI Damaskus, untuk kemudian dilakukan pendataan, kelengkapan dokumen perjalanan, sebelum kemduian koordinasi dengan pihak terkait di negara akreditasi.

Kemudian, WNI bergerak dari Damaskus menuju Beirut, Lebanon dengan menempuh jarak sejauh 108 kilometer selama kurang lebih 2 jam 30 menit.

Tiba di Beirut, WNI diinapkan di Shelter KBRI Beirut untuk menunggu waktu penerbangan. Tiba waktunya kepulangan, WNI diterbangkan dengan pesawat komersil dari Bandara Rafiq Hariri secara bertahap.

Judha memastikan KBRI Damaskus tetap beroperasi penuh untuk memberikan pelayanan dan perlindung bagi WNI.

Meski situasi di Suriah, khususnya Damaskus secara umum relatif normal, Judha menyebut situasi keamanan masih sangat dinamis, karena masih adanya serangan dari Israel.

Mempertimbangkan itu, Kementerian Luar Negeri dan KBRI Damaskus tetap mempertahankan status siaga satu.