Luncurkan Buku Cerita Anak Khatulistiwa, KGSB Kuatkan Pendidikan Berbasis Literasi

JAKARTA — Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) merilis buku berjudul Cerita Anak Khatulistiwa. Buku hasil karya 27 guru dari berbagai daerah di Indonesia dan Timor Leste ini, diluncurkan secara resmi di SDN Lenteng Agung 09, Jakarta Selatan, pada Kamis, 12 Desember lalu.

Acara tersebut sekaligus menjadi momen perayaan Hari Dongeng Nasional yang jatuh pada 28 November, serta hari jadi KGSB yang ketiga pada 18 Desember 2024. Peluncuran Buku Cerita Anak Khatulistiwa diikuti dengan pembacaan cerita secara langsung oleh para guru dari SDN Lenteng Agung 09 serta para penulis anggota KGSB.

Sebagai bagian dari persiapan peluncuran, KGSB telah mendistribusikan donasi buku melalui program 'Berbagi Buku untuk Sekolah' kepada lebih dari 200 sekolah anggota KGSB yang tersebar di Indonesia dan Timor Leste. Buku Cerita Anak dari Khatulistiwa ditujukan untuk anak usia 10-13 tahun dan dirancang sebagai media pembelajaran yang menarik, mendidik, serta memperkenalkan kekayaan budaya lokal.

Melalui peluncuran buku Cerita Anak Khatulistiwa, KGSB menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung pendidikan berbasis literasi. Langkah ini diharapkan mampu mendorong semangat membaca dan cinta belajar di kalangan anak-anak, sekaligus memperkuat tradisi mendongeng sebagai sarana pendidikan karakter.

Pada sambutannya, Founder KGSB, Ruth Adriani mengungkapkan rasa syukur dan apresiasi atas kontribusi para guru yang berpartisipasi dalam penyusunan buku antologi ini.

Caption

“Dengan penuh kebanggaan, kami persembahkan buku Cerita Anak Khatulistiwa sebagai hasil kerja keras para guru hebat di KGSB. Kami berharap buku ini dapat menjadi upaya untuk melestarikan budaya lokal Indonesia serta budaya membaca sejak dini pada anak”, ujar Ruth.

Secara khusus, ia memberikan apresiasi kepada para guru yang dengan dedikasi tinggi berhasil menyelesaikan tugas menulis cerita anak berbasis budaya lokal. Proses kreatif  buku Cerita Anak Katulistiwa berjalan selama 3 bulan, dimulai sejak September 2024 melalui seminar, presentasi outline, hingga bimbingan intensif pada Oktober 2024.

Melalui riset budaya dan sejarah lokal, para guru telah berhasil menciptakan karya sastra yang tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga melengkapi proses pembelajaran di sekolah.

Ruth berharap karya para guru anggota KGSB ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak untuk terus mendukung gerakan literasi di Indonesia. Ia berharap, buku Cerita Anak Katulistiwa bisa menjadi awal dari lebih banyak kontribusi nyata dalam memajukan pendidikan dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada generasi penerus.

Wakil Kepala Sekolah SDN Lenteng Agung 09, Elly Putriandari selaku tuan rumah acara, turut mengungkapkan rasa terima kasih atas kontribusi KGSB. Ia menyampaikan harapannya agar program Klub Literasi KGSB dapat memotivasi lebih banyak penulis dari kalangan guru dan siswa.

“Kami berharap kerja sama ini dapat melahirkan lebih banyak penulis baru. Guru sebagai figur teladan memiliki peran penting dalam menanamkan semangat literasi”, ungkap Elly.

Membangun Tradisi Mendongeng dan Semangat Literasi

Buku Antologi Cerita Anak Khatulistiwa berisi dongeng penuh imajinasi yang mengangkat nilai moral, tradisi lokal, dan kisah-kisah budaya yang jarang dikenal. Setiap cerita menyajikan nilai moral yang relevan bagi anak-anak, sekaligus memperkenalkan mereka pada kekayaan budaya yang ada di sekitar mereka.

Melalui cerita-cerita yang diangkat, KGSB berharap dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Langkah ini menjadi upaya nyata KGSB untuk menghadirkan buku-buku berkualitas bagi anak-anak sekaligus mendorong pemahaman akan budaya lokal. Buku Cerita Anak Katulistiwa diharapkan mampu menjadi media untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada generasi penerus, sekaligus mendorong semangat literasi dan cinta belajar di kalangan anak-anak.

Proses kreatif yang dilakukan para guru menunjukkan bahwa literasi bukan sekadar aktivitas membaca dan menulis, tetapi juga cara untuk memperkuat karakter dan identitas bangsa.

Peluncuran buku Cerita Anak Katulistiwa juga menjadi momen penting untuk memperkuat tradisi mendongeng sebagai sarana pendidikan karakter, serta merayakan kontribusi para guru sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan.