JAKARTA - Pendidikan merupakan jalan utama menuju peningkatan sumber daya manusia demi masa depan yang lebih baik. Pendidikan berkualitas tentunya tidak lepas dari kemampuan literasi peserta didiknya. Literasi tersebut meliputi kemampuan untuk menyerap informasi, menganalisis, berkomentar dan berpikir kritis terhadap informasi yang didapatnya.
Sayangnya tingkat literasi membaca di Indonesia tergolong rendah. Melansir dari laman Kemendikbud.go.id, berdasarkan hasil studi PISA 2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor rata-rata yakni 371, di bawah rata-rata skor OECD yakni 487. Studi yang dilakukan tahun 2018 ini diikuti oleh murid-murid berusia 15 tahun dari 79 negara di seluruh dunia.
Keprihatinan terhadap kondisi tersebut melatarbelakangi Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) dan Rumah Guru BK (RGBK) menggelar Webinar KGSB Meningkatkan Minat Baca Pada Siswa Melalui Read Aloud pada Sabtu, 11 Juni 2022. Dalam webinar ini, KGSB dan RGBK menggandeng komunitas Read Aloud Indonesia(RAI) sebagai inisiator metode read aloud di Indonesia.
Diikuti oleh ratusan guru dan pengajar dari tingkat PAUD hingga Perguruan Tinggi di Indonesia serta Timor Leste, webinar ini menghadirkan dua narasumber yang ahli di bidang metode read aloud yaitu Founder Reading Bugs dan Penasehat RAI, Roosie Setiawan, Penggerak Reading Bugs dan Penasehat RAI, Ihdinal Hikmatin Tajdidah, S.s dan Founder Rumah Guru BK serta Widyaiswara Kemendikbud Ristek RI, Ana Susanti, M.Pd. CEP, CHt.
Founder KGSB, Ruth Andriani mengatakan bahwa sangat penting untuk menumbuhkan minat baca pada anak sedari dini. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui read aloud.
“Melalui Webinar KGSB mengenai teknik read aloud ini, kami berharap para guru dan tenaga pendidik memiliki pemahaman yang cukup dan dapat menerapkan pada siswa. Semoga edukasi membaca nyaring ini dapat berkontribusi meningkatkan literasi membaca di Indonesia,” ujar Ruth.
Founder Reading Bugs dan Penasehat RAI, Roosie Setiawan menjelaskan bahwa berbicara adalah proses alami, sedangkan membaca membutuhkan proses belajar. Kemampuan membaca mahir harus disiapkan sedini mungkin karena 90% perkembangan otak kritis terjadi dalam lima tahun pertama kehidupan.
Hollis Scarborough, psikolog dan pakar literasi Amerika memperkenalkan konsep Reading Rope (Tali Membaca). Konsep ini memaparkan bahwa membaca membutuhkan dua keterampilan yaitu pengenalan kata dan fonik serta pemahaman.
Guru memiliki peran penting dalam meningkatkan minat baca dan membangun budaya literasi di lingkungan sekolah. Metode Interactive Read Aloud (IRA) merupakan alat instruksional untuk perkembangan bahasa siswa. Struktur IRA terbagi menjadi lima bagian meliputi Perkenalkan Teks, Membaca Teks, Mendiskusikan Teks, Tinjau Kembali Teks (Opsional), Menanggapi Teks (Opsional).
“Guru membacakan nyaring buku-buku yang disukai siswa. Metode read aloud ini juga bisa digunakan untuk siswa belajar membaca, bahkan yang gemar membaca. Selain itu, read aloud juga melatih keterampilan menyimak dan untuk membangun kedekatan dengan siswa,” ujar Roosie.
Penggerak Reading Bugs dan Penasehat RAI, Ihdinal Hikmatin Tajdidah, S.s menjelaskan untuk bisa menguasai metode read aloud, ada tiga tahapan yang harus diperhatikan oleh para guru yakni persiapan, saat memulai dan selama kegiatan, serta sesudah.
Tahap persiapan menyangkut empat hal yakni menetapkan tujuan pembacaan, memilih bahan bacaan, membaca kembali, dan merencanakan tanggapan. Kemudian tahapan kedua yaitu saat dan selama kegiatan dimulai dengan membaca informasi latar bacaan, memperhatikan intonasi, kecepatan, dan penekanan kata, serta melakukan interaksi gestur. Tahapan terakhir yakni sesudah, ditutup dengan kegiatan diskusi bersama pendengar.
“Persiapan merupakan tahap terpenting dalam mempraktikan metode read aloud. Contohnya panjang teks dan bacaan yang nyaman untuk kita baca, menjadi pertimbangan penting dalam memilih bahan bacaan,” tutur Dina.
BACA JUGA:
Founder Rumah Guru BK serta Widyaiswara Kemendikbud Ristek RI, Ana Susanti menambahkan, sebagai role model, tenaga pendidik perlu memiliki kepekaan (awareness) bahwa membaca merupakan kunci sukses belajar dan menjadi budaya. Selain itu, guru harus berani memulai inisiatif kegiatan bersama untuk meningkatkan minat baca. Terakhir, perlu ada tindakan nyata (action) berupa teladan mengkampanyekan membaca terkait buku di sekolah serta berbagi praktik baik.
“Mari kita bersama-sama mensosialisasikan metode read aloud kepada lingkungan sekolah dan lingkungan terdekat untuk meningkatkan minat baca, serta menumbuhkan budaya literasi yang baik,” ujar Ana.