PM Israel Netanyahu Terbelit Kasus Korupsi Usai Beri Imbalan karena Pemberitaan Positif
JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjadi saksi untuk pertama kalinya pada Selasa dalam persidangan korupsi. Netanyahu mengatakan dirinya diburu karena kebijakan keamanannya yang keras.
Netanyahu (75) adalah perdana menteri Israel pertama yang didakwa melakukan kejahatan. Dia bersaksi pada saat yang sama ketika Israel terlibat dalam perang di Gaza dan menghadapi kemungkinan ancaman baru yang ditimbulkan oleh gejolak regional, termasuk di Suriah.
Pekan lalu hakim memutuskan Netanyahu, yang didakwa pada tahun 2019, harus memberikan kesaksian tiga kali seminggu, sehingga memaksa pemimpin lama Israel tersebut harus berpindah-pindah antara ruang sidang dan ruang perang di Kementerian Pertahanan Israel, yang berjarak beberapa menit dari gedung pengadilan.
Pemimpin partai sayap kanan Likud, Netanyahu menyerang media Israel atas apa yang disebutnya sebagai sikap sayap kiri dan menuduh para jurnalis telah memburunya selama bertahun-tahun karena kebijakannya tidak sejalan dengan keinginan untuk mendirikan negara Palestina.
“Saya telah menunggu selama delapan tahun hingga saat ini untuk mengatakan yang sebenarnya,” kata Netanyahu kepada pengadilan yang terdiri dari tiga hakim.
“Tetapi saya juga seorang perdana menteri. Saya memimpin negara ini melalui perang tujuh front dan saya pikir keduanya bisa dilakukan secara paralel,” imbuhnya dilansir Reuters, Selasa, 10 Desember.
Netanyahu didakwa pada tahun 2019 dalam kasus gratifikasi dari para jutawan karena diduga mencari bantuan regulasi bagi para taipan media sebagai imbalan atas liputan yang menguntungkan. Dia menyangkal melakukan kesalahan apa pun.
Jaksa mendakwa Netanyahu memberikan bantuan peraturan senilai sekitar 1,8 miliar shekel (sekitar 500 juta dollar AS) kepada Bezeq Telecom Israel sebagai imbalan atas liputan positif tentang dirinya dan istrinya Sara di situs berita yang dikendalikan oleh mantan pemimpin perusahaan tersebut.
Dia juga dituduh menegosiasikan kesepakatan dengan pemilik surat kabar Israel Yedioth Ahronoth untuk liputan yang lebih baik dengan imbalan undang-undang yang memperlambat pertumbuhan surat kabar saingannya.
Netanyahu membantah tuduhan terhadapnya dan mengaku tidak bersalah. Dia berdiri daripada duduk di kotak saksi sepanjang kesaksian pada persidangan.
“Seandainya saya menginginkan liputan yang baik, yang harus saya lakukan hanyalah memberikan sinyal menuju solusi dua negara. Seandainya saya bergerak dua langkah ke kiri, saya akan dipuji,” katanya.
Dalam balasan yang panjang, Netanyahu menyebut sebagai pembela keamanan Israel yang gigih, mampu bertahan dari tekanan kekuatan internasional dan media dalam negeri yang bermusuhan.