Kepala HAM PBB Serukan Akuntabilitas di Suriah Usai Tumbangnya Presiden Assad
JAKARTA - Kepala Hak Asasi Manusia (HAM) PBB pada hari Senin menyerukan akuntabilitas bagi para pelaku pelanggaran di Suriah, seiring dengan tumbangkan Presiden Bashar al-Assad, mengatakan ada "peluang besar" untuk transisi politik yang inklusif dan tanda-tanda awal menjanjikan.
Warga Suriah terbangun pada Hari Senin dengan masa depan yang penuh harapan meskipun tidak pasti, setelah pemberontak merebut ibu kota Damaskus diikuti dengan tumbangnya Presiden Assad, setelah 13 tahun perang saudara dan lebih dari 50 tahun pemerintahan keluarga Assad.
"Kita perlu memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran ini, baik di pihak pemerintah sebelumnya, presiden dan lainnya, tetapi juga semua orang lain yang bertanggung jawab atas pelanggaran, mereka dimintai pertanggungjawaban," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk dalam jumpa pers di Jenewa, Suriah melansir Reuters 9 Desember.
"(Akuntabilitas) akan menjadi bagian penting dari transisi, karena kita tidak boleh kembali ke masa-masa ketika impunitas benar-benar merajalela," lanjutnya.
Kantor Turk menunjuk pada hilangnya lebih dari 100.000 orang selama perang saja, serta dugaan penggunaan penyiksaan dan senjata kimia.
Suriah saat ini bukan anggota Mahkamah Pidana Internasional (ICC), meskipun pemerintah baru dapat bergabung. Rusia memblokir upaya-upaya sebelumnya di Dewan Keamanan PBB untuk merujuk Suriah ke pengadilan.
Baca juga:
- Ukraina Sebut Jatuhnya Presiden Assad Menunjukkan Rusia Tak Mampu Berperang di Dua Front
- Presiden Korsel Yoon Suk-yeol Dilarang Bepergian di Tengah Penyelidikan Darurat Militer
- Trump Berjanji Ampuni Terdakwa Kerusuhan 6 Januari di Hari Pertamanya Menjabat Bulan Depan
- Presiden Biden: AS akan Bekerja Sama dengan Mitra di Suriah untuk Kelola Risiko Pasca-Assad
Di sisi lain, Turk mengatakan ada "peluang besar" untuk dialog inklusif tentang transisi politik di era baru Suriah.
"Saya berharap bahwa dalam lingkungan saat ini akan ada dialog yang inklusif, sangat inklusif," katanya.
"Ada peluang besar untuk ini terjadi. Dan apa yang telah kita lihat pada awalnya memang kerja sama," tambahnya, mengutip koordinasi antara PM Suriah Mohammed Jalali dan pemimpin pemberontak Abu Mohammed al-Golani.