Belanja di TikTok Shop AS Justru Meningkat di Tengah Ancaman Larangan
JAKARTA – Pengguna TikTok di Amerika Serikat semakin banyak menghabiskan uang untuk membeli barang dari berbagai penjual di platform e-commerce TikTok Shop selama musim belanja liburan tahun ini. Hal ini terungkap dari data yang dianalisis oleh Reuters berdasarkan estimasi TikTok dan pola pengeluaran yang diukur oleh Facteus.
TikTok Shop, yang diluncurkan di AS pada September 2023, tampaknya berhasil meraih pangsa pasar e-commerce pada momen yang sangat krusial. Platform ini menjadi saluran e-commerce bagi merek-merek besar seperti e.l.f. Cosmetics dan Ninja Kitchen.
Dalam siaran pers pada akhir November, TikTok Shop mengklaim bahwa penjualannya mencapai 100 juta dolar AS (Rp1,5 triliun) pada Black Friday, hari setelah Thanksgiving, ketika konsumen AS berburu diskon besar-besaran secara online. Sebelumnya, TikTok menyebut jumlah pembeli bulanan di TikTok Shop hampir tiga kali lipat.
Pada Jumat 6 Desember, sebuah pengadilan banding federal AS mendukung undang-undang yang mengharuskan ByteDance, pemilik TikTok yang berbasis di China, untuk melepas kepemilikan TikTok di AS pada awal tahun depan atau menghadapi larangan. Jika larangan itu diterapkan, TikTok Shop juga bisa terkena dampaknya.
"TikTok Shop adalah saluran distribusi baru, dan merek-merek meraih hasil yang sangat baik melalui platform ini," kata Erik Huberman, CEO agensi pemasaran Hawke Media, yang memiliki klien yang menjual produk melalui TikTok Shop. "Sejujurnya, tidak ada alternatif lain. Ini akan menjadi sumber pendapatan yang hilang jika larangan diterapkan."
Seperti pesaingnya, Shein dan Temu, TikTok Shop menawarkan barang dagangan dari vendor pihak ketiga, beberapa di antaranya mengirim barang dari China. Platform-platform ini bersaing ketat dalam hal harga dan menarik lebih banyak penjual AS dengan biaya lebih rendah untuk mempercepat pengiriman.
Menggunakan popularitas aplikasi media sosial TikTok, pedagang TikTok Shop biasanya memanfaatkan iklan dan "influencer" yang disponsori untuk memasarkan produk mereka kepada 170 juta pengguna TikTok di AS. Pesanan pelanggan dipenuhi langsung oleh pedagang, terkadang menggunakan pihak ketiga atau layanan pemenuhan e-commerce TikTok.
Baca juga:
Bagi pelanggan seperti Jasmine Whaley (31 tahun) dari York, Pennsylvania, TikTok Shop menjadi tempat baru untuk menemukan pakaian, produk perawatan kulit, dan Crocs. Tahun ini, Whaley telah menghabiskan hampir 700 dolar AS di platform tersebut setelah melihat video dari influencer dan iklan tentang produk-produk yang menarik minatnya.
TikTok, menurut Whaley, telah "memecahkan kode" dalam mengkurasi konten dan produk yang sesuai dengan preferensinya. Ia juga mengatakan bahwa pesanan TikTok Shop sering kali tiba lebih cepat dibandingkan pesanan yang ia lakukan di Amazon.
TikTok Shop juga menawarkan fitur bernama "LIVE," yaitu siaran video langsung di mana pembeli dapat langsung membeli barang. Nico Le Bourgeois, Kepala Operasi TikTok Shop AS, dalam pernyataannya kepada Reuters mengatakan bahwa jumlah sesi LIVE bulanan di AS hampir tiga kali lipat dalam setahun terakhir.
Menurut perusahaan data pihak ketiga Facteus, pengeluaran konsumen AS di TikTok Shop melampaui pengeluaran di Shein dan Temu selama tujuh hari menjelang Cyber Monday, 2 Desember 2024, yang merupakan salah satu hari belanja online terbesar. Data Facteus diambil dari 140 juta kartu debit dan kredit konsumen, mewakili sekitar 7% hingga 10% dari total pengeluaran AS.
TikTok Shop kini menjadi salah satu pemain besar dalam e-commerce, meski ancaman larangan di AS masih membayangi.