Check Point: Sektor Transportasi Rentan Terhadap Serangan Siber

JAKARTA – Check Point Software Technologies, perusahaan pendeteksi dan pencegahan serangan siber menggunakan Kecerdasan Buatan (AI), mengatakan bahwa transportasi dapat terkena imbas ancaman siber.

Merujuk pada informasi yang dibagikan Pusat Data Nasional Sementara (PDSN) pada awal tahun ini, Indonesia mengalami serangan ransomware yang mengganggu lebih dari 210 layanan publik. Layanan ini mencakup sistem imigrasi di bandara.

Sementara itu, menurut Intelijen Ancaman Check Point, transportasi menjadi industri yang paling banyak terkena serangan di Indonesia. Negara ini mengalami rata-rata 11.548 serangan mingguan per organisasi dalam waktu enam bulan terakhir.

Temuan ini menunjukkan bahwa keamanan infrastruktur semakin kritis, khususnya karena Indonesia sedang mendorong peningkatan digitalisasi di berbagai sektor. Jika sistem keamanannya tidak ditingkatkan, stabilitas ekonomi dan kepercayaan masyarakat dapat terganggu.

"Serangan siber yang berhasil pada sektor transportasi dapat melumpuhkan sistem penting, membahayakan keselamatan staf dan penumpang, dan memblokir akses ke data sensitif," kata Teong Eng Guan, Direktur Regional Asia Tenggara dan Korea Check Point Software Technologies.

Teong Eng Guan menyatakan bahwa DDoS, serangan siber yang melumpuhkan layanan online, bisa terjadi pada transportasi umum seperti kereta api dan bandara. Serangan ini sering ditemukan di negara dengan ketegangan geopolitik atau kelompok hacktivist.

"(ini dapat) membahayakan sistem yang terkait dengan industri seperti pertambangan dan minyak, mengekspos data sensitif untuk memajukan agenda mereka. Insiden ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan langkah-langkah keamanan siber yang kuat," jelas Teong.

Para ahli Check Point pun memprediksi bahwa serangan siber pada sistem transportasi akan lebih canggih karena adanya teknologi seperti AI dan Internet of Things (IoT). Untuk menghadapi tantangan ini, sektor transportasi pun perlu memperkuat teknologi mereka.

Selain memperkuat teknologinya, para pemangku kebijakan bisa meningkatkan kolaborasi dengan perusahaan teknologi lokal maupun global. Pelatihan dan kesadaran mengenai keamanan siber juga sangat dibutuhkan untuk mengenali upaya phishing.